Senin, 08 Oktober 2012

Kelanjutan


 Intermezzo

Bel masuk kelas sudah terdengar di pagi itu. Siswa-siswa beramai-ramai mulai berdatangan masuk ke sekolah. Ridhan yang baru turun dari angkot pun bergegas lari menuju gerbang sekolah yang dijaga oleh satpam bermuka sangar. Satpam tersebut mengenakan pakaian dinas berwarna atasan hitam dan bawahan hitam. Dengan mengenakan sepatu militer satpam tersebut berdiri gagah di gerbang sekolah sambil merokok. Ridhan yang terlambat waktu itu berjalan melewati gerbang sambil mengucapkan salam kepada satpam tersebut.
“Permisi pak.” Salam Ridhan pelan.
“Cepetan lu masuk! Ga denger apa itu bel udah bunyi dari tadi?!” Bentak si Satpam.
Ridhan pun mempercepat langkahnya setelah dibentak oleh satpam tersebut. Ridhan melewati areal parkiran kecil di lorong antara gerbang sekola dan ruang guru piket. Terlihat motor-motor yang sudah diparkirkan dengan rapih. Ia pun memperlambat langkahnya karena dia tau dia akan melewati ruang guru piket. Ridhan pun berjalan santai melewati ruang guru piket seakan-akan tidak punya salah dan memberi salam kepada guru piket yang sedang bertugas.
“Assalamualaikum pak, selamat pagi.” Salam Ridhan gugup sambil menundukan kepalanya.
“Eh tunggu kamu, itu jaket buka!.” Kata seorang guru piket sambil memberhentikan langkah Ridhan.
Ridhan pun membuka jaket tipis yang dia kenakan sambil tersenyum terpaksa. Terlihat Rachmi melewati Ridhan yang sedang di razia sambil menahan tawanya. Ridhan menyadari akan hal itu dan merasa sangat malu.
“Ngapain itu baju kamu dikeluarin? Mau gaya-gayaan kamu di sekolah?” Tanya si guru piket sinis.
Ridhan pun langsung merapihkan baju seragamnya yang memang sengaja tidak dimasukan olehnya. Kali ini Toro dan Ewin terlihat datang berbarengan dan melewati Ridhan yang sedang di razia. Mereka baru saja dari kantin dan sedang berjalan menuju kelas. Dengan jelas Toro dan Ewin menertawai Ridhan dengan terbahak-bahak sambil jalan melewati Ridhan. Ridhan pun makin kesal dibuatnya.
“Udah ya pak, udah rapih nih, saya ke kelas yah sekarang.” Jawab Ridhan sambil tersenyum sinis.
“Eh tunggu! Itu rambut kamu bagus ya lebih panjang dari kuping dan poninya melewati alis.” Sindir si guru piket.
Si guru piket pun menyuruh Ridhan untuk tidak pergi kemana-mana dan dia masuk kedalam ruangannya lalu kembali lagi membawa sebuah gunting. Guru piket tersebut pun langsung menggunting bagian-bagian rambut Ridhan yang menurutnya melewati batas. Lalu lewatlah Akbar yang baru datang dan sama seperti Toro dan Ewin, Akbar pun menertawai Ridhan dengan terbahak-bahak.
“Hei kamu yang lagi ketawa cepet kesini!” bentak si guru piket kepada Akbar.
“Ada apa pak?” Tanya Akbar kebingungan.
“Saya tau kamu sering telat, udah gitu sekarang rambutnya panjang juga. Sini biar saya potong juga!” Bentak si guru piket.
Akbar pun pasrah dan menerima hukuman yang sama seperti Ridhan. Ridhan hanya bisa tertawa cekikikan melihat kejadian itu.
“Hei kamu ngapain ketawa?! Sama-sama punya salah juga malah ngetawain. Cepat kalian lari keliling lapangan basket sampai jam pertama berakhir! Saya akan perhatikan dari sini.” bentak si guru piket.
Dengan pasrah mereka pun berlari berbarengan mengelilingi lapangan basket. Mereka menaruh tas dan jaket masing-masing di bawah ring basket. Lalu mereka pun mulai berlari sambil diperhatikan oleh banyak orang.
“Lu kok telat terus sih bar?” tanya Ridhan.
“Biasa lah. Rumah gue kan jauh di Riung terus gue kalo bangun kesiangan terus ya jadi telat terus deh.” Jawab Akbar simpel.
“Lah kalo lu kenapa bisa kena hukuman dhan?” Akbar balik bertanya.
“Kalo gue sih ga terlambat, cuma ini aja rambut gue kepanjangan. Gue lupa cukur rambut tadi malem.” Jawab Ridhan sambil diteruskan tawa terbahak-bahak.
Mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama. Mereka terus berlari menjalani hukuman yang didapat sambil sekali-sekali mencuri kesempatan untuk istirahat di kantin sambil membeli minuman. Tidak terasa sudah 45 menit mereka melewati hukuman tersebut, bel pun berbunyi menandakan satu jam pelajaran telah berakhir. Merekan pun langsung melapor ke ruangan guru piket. Dan mereka pun diizinkan untuk masuk ke kelas. Mereka dengan percaya diri masuk ke kelas. Ketika mereka memasuki kelas langsung terdengar cemo’ohan dari teman-teman sekelasnya. Ibu Dewi yang merupakan guru Bahasa Inggris favorit Ridhan pun menertawainya.
“Ciee.. kompak nih rambutnya.” Sindir Iyan sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ih liat itu keteknya basah.” Kata Adit sambil menujuk ke arah mereka berdua.
Ridhan dan Akbar hanya terdiam sambil menundukan kepalanya masing-masing. Sambil tertunduk Ridhan sempat mencuri pandang kearah Rachmi, terlihat Rachmi menahan tawanya dengan menutup mulutnya dengan tangan. Ridhan merasa harga diri sangat jatuh di hadapan Rachmi. Mereka pun langsung duduk di tempat duduk masing-masing dan mengikuti pelajaran yang berlangsung.

Friendzoned

Ridhan, Iyan, Akbar, dan Adit sedang serius memperhatikan video yang ada di handphone milik Banyu. Handphone tersebut mereka pinjam dari Banyu ketika Banyu akan pergi menuju kantin sekolah untuk jajan. Waktu itu sedang jam istirahat sekolah sekitar pukul sepuluh pagi. Mereka berempat memutuskan untuk tidak melakukan kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan ketika istirahat sekolah yaitu mengunjungi kantin karena penasaran dengan video yang ada di handphone Banyu.
“Pokonya keren itu video, ceweknya cantik lagi, gue yang rekam sendiri.” Kata Banyu sebelum meninggalkan mereka berempat ke kantin.
Perkataan Banyu tersebut membuat mereka berempat sangat penasaran. Mereka berempat pun dengan khusyuk memperhatikan setiap adegan yang ada di video tersebut. Toro yang baru saja kembali dari mesjid untuk shalat dhuha pun menghampiri mereka karena penasaran.
“Astagfirullah! Cepet tobat deh kalian.” Reflek Toro menyentak mereka.
“Diem lu!” bentak Adit yang sedang fokus memperhatikan video.
Toro pun langsung meninggalkan mereka berempat dan kembali ke tempat duduknya sambil membaca buku pelajaran. Rachmi yang sedang duduk di kejauhan mendengar bentakan Adit kepada Toro lalu melihat kearah mereka dengan kebingungan. Ridhan yang menyadari hal itu langsung pura-pura tidak tau dan meneruskan menonton video tersebut. Tiba-tiba datang Banyu yang baru datang dari kantin membawa banyak makanan.
“Bagus ga video punya gue?” tanya Banyu.
“Bagus banget.” Jawab Ridhan
“Ceweknya cantik-cantik, montok-montok juga.” Lanjut Iyan.
“Mantep.” Jawab Akbar simpel.
“Lu dapetnya dari mana sih?” tanya Adit
“Jadi waktu itu gue lagi jalan-jalan di PVJ, terus ada cheerleader gitu tampil, yaudah deh gue rekam.” Jawab banyu.
Lalu mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama. Sambil tertawa Ridhan pun mencuri pandang ke arah Rachmi yang duduk di kejauhan dan melihat Rachmi sedang melihat kearahnya sambil tertawa kecil dan menggelengkan kepala. Tidak seperti biasanya Ridhan kali ini berani menatap langsung ke arah Rachmi sambil tersenyum dan Rachmi pun membalas senyuman Ridhan. Cukup lama mereka berdua saling bertatap-tatapan. Iyan yang sadar akan kejadian tersebut hanya bisa tersenyum dan langsung menjitak Ridhan.
“Wei bisa-bisanya lu curi-curi kesempatan, liat tuh Bu Dewi udah masuk kelas.” Canda Iyan sambil tertawa.
Bu Dewi pun masuk kelas. Beliau menjelaskan sedikit materi tentang Basic Conversation. Setelah memberikan materi Bu Dewi pun langsung memberikan tugas kelompok dan membagikan kelompok yang sudah Beliau bentuk. Kaget bukan kepalang ternyata Ridhan satu kelompok dengan Rachmi. Di dalam kelompok tersebut juga terdapat Ahmad, Ewin, dan Akbar. Murid-murid sekelas pun langsung duduk perkelompok. Ridhan hanya bisa diam dan merasa gugup. Dalam diskusi kelompok tersebut hanya Ridhan yang tidak aktif. Tapi terkadang dalam diskusi tersebut Ewin membuat lelucon yang memancing orang untuk tertawa. Setiap lelucon tersebut membuat Akbar dan Ridhan tertawa terbahak-bahak berbarengan. Kejadian gaduh tersebut memecah keheningan dan membuat Bu Dewi kesal dan langsung memanggil Ridhan dan Akbar ke mejanya.
“Kalian berdua itu kenapa sih? Bikin gaduh melulu.” Tanya Bu Dewi kesal.
Mereka berdua pun hanya terdiam kebingungan dan tidak bisa menjawab.
“Yaudah cepat sekarang kalian lari keliling kelas 5 putaran, karena daritadi saya hitung kalian udah lima kali ketawa-ketawa ga jelas.”
“Tapi bu, kan….” Keluh Ridhan.
“Tapi apa?! Cepat lakukan!” potong Bu Dewi.
Mereka pun berlari mengelilingi ruang kelas bersama sebanyak lima kali putaran. Teman-teman sekelasnya menertawai mereka. Setiap Ridhan melewati tempat Rachmi duduk, Ridhan tersenyum dan senyuman tersebut dibalas oleh Rachmi. Makin semangatlah Ridhan untuk berlari sampai-sampai dia tidak sadar menabrak Akbar yang berlari di depannya lalu mereka pun terjatuh berdua tepat di depan kelas.
Setelah melaksanakan hukuman yang diberikan mereka berdua pun kembali ke kelompok diskusi. Tiba-tiba Rachmi langsung menyapa Ridhan.
“Kamu lucu yah, nama kamu siapa? Aku Rachmi, kamu bisa panggil aku Ami.” Rachmi memperkenalkan diri sambil tersenyum.
“Hah maksudnya lucu? Namaku Ridhan.” Ridhan kebingungan.
“Lucu aja, kelakuan kamu tuh bikin aku ketawa terus.” Jawab Rachmi sambil tertawa kecil dan menggelengkan kepala.
Mereka pun langsung mengobrol, membicarakan berbagai hal tentang kehidupan mereka. Ridhan memang sebelumnya belum pernah berbicara dengan Rachmi, bahkan berkenalan pun baru saja dilakukan. Mereka pun langsung bertukaran nomer handphone, id YM, dan id Friendster.
Setelah kejadian tersebut, Ridhan sering sekali menghubungi Rachmi lewat berbagai media. Ridhan pun lama-lama merasa cocok dengan Rachmi. Terkadang Ridhan memiliki keinginan untuk mengajak Rachmi untuk jalan, akan tetapi rencana tersebut selalu gagal karena Ridhan tidak memiliki nyali yang cukup. Disaat bersamaan Rachmi pun sedang didekati oleh seorang cowok dari sekolah lain dan Ridhan tidak mengetahuinya. Berbulan-bulan Ridhan mendekati Rachmi akan tetapi hubungan tersebut tidak berkembang dikarenakan nyali yang dimiliki Ridhan tidak cukup besar. Sampai disuatu saat Rachmi ternyata sudah jadian dengan cowok lain yang memang mendekatinya juga. Ridhan pun mengetahui hal tersebut dan kebingungan. Ridhan tidak merasa kecewa sama sekali setelah mendengar berita tersebut malah ikut senang, dan Ridhan malah mengucapkan selamat kepada Rachmi melalui media YM.
“Selamat ya kamu sekarang udah punya pacar :)” pesan Ridhan.
“Terima kasih yah :)” Jawab Rachmi singkat.
Ridhan pun tidak membalas pesan YM dari Rachmi tersebut. Dan Setelah beberapa saat kira-kira sekitar 20 menit Rachmi mengirim pesan kepada Ridhan.
“Kamu mau kan jadi sahabat aku terus? Jangan jauhin aku.” Tanya Rachmi.
“Iya, pastinya mau :)” Balas Ridhan cepat.
Akhirnya Ridhan pun mendapatkan seorang sahabat perempuan. Rachmi pun menjadi sahabat perempuan pertama Ridhan di Lengkong Kecil 53.

Ustadz in Love

Kali ini Ridhan merasa sangat tidak nyaman berada di dalam kelas. Tidak seperti biasanya kali ini dia tidak bisa bergerak bebas. Dari setiap nafas yang berderu terlihat sekali kalau dia sangat merasa tidak nyaman. Setiap materi pelajaran yang diajarkan sama sekali tidak dapat ia mengerti. Jenuh pun mulai terasa. Ridhan pun berpikir kalau dia butuh suatu hiburan. Hiburan yang bisa membuat rasa jenuh tersebut lenyap. Dia pun tau siapa orang yang harus dia cari untuk itu. Dia pun meminta pertolongan kepada Banyu.
“Ssst! Ssst! Nyu.” Bisik Ridhan kepada Banyu yang duduk tepat didepannya.
“Apaan?” Jawab Banyu malas.
“Gue minjem handphone lu dong, boleh gak?” Tanya Ridhan.
“Kan lu udah liat semua video punya gue.” Jawab Banyu yang sedang mencatat materi pelajaran.
“Bukan itu. Gue pengen dengerin lagu mp3, sekalian sama headsetnya juga ya.” Pinta Ridhan memelas.
“Oh yaudah, tapi awas ya jangan sampe ketauan sama guru.” Balas Banyu.
Handphone milik Banyu adalah handphone yang paling bagus diantara anggota Robo. Maka dari itu handphone Banyu lah yang paling sering dipinjami untuk dimainkan. Ridhan pun menyalakan mp3 dengan volume yang paling tinggi. Sampai-sampai dia tidak bisa mendengar suara apapun kecuali suara lagu dari handphone milik Banyu tersebut.
“Gila lu! Nekat banget Dhan.” Kata Iyan yang duduk disamping Ridhan.
Ridhan tidak merespon, karena memang dia tidak bisa mendengar perkataan Iyan dan tidak menyadari kalau Iyan sedang berbicara kepadanya. Ridhan pun  terus menyetel lagu-lagu playlist yang ada di handphone Banyu. Playlist tersebut berisikan lagu-lagu party remix yang sering diputarkan di tempat-tempat dugem. Ridhan pun mendengarkan lagu-lagu tersebut sambil membayangkan dirinya sedang berada di tempat dugem ternama di kota kembang. Dia membayangkan sedang berdansa di lantai dansa dikelilingi banyak orang dalam keadaan mabuk akibat alkohol, padahal dalam hidupnya dia tidak pernah sekali pun menenggak minuman beralkohol. Sambil mendengarkan lagu dan berpura-pura mabuk Ridhan pun mengganggu Iyan teman sebangkunya.
“Hei! Kok serius amat sih belajarnya? Santai aja kali kayak gue.” Sindir Ridhan kepada Iyan yang sedang mencatat materi pelajaran matematika sambil tersenyum.
“Gila lu! Bentar lagi kan kita UTS.” Bentak Iyan sambil berbisik.
Ridhan tidak bisa mendengar perkataan Iyan tapi dia bisa melihat respon dari Iyan dan dia hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan Iyan. Lalu dia pun melanjutkan khayalannya lagi. Kali ini dia berkhayal sambil memejamkan matanya. Kali ini dia membayangkan sedang dikelilingi banyak wanita di lantai dansa. Wanita-wanita tersebut dalam keadaan di bawah sadar. Ridhan pun merangkul wanita-wanita tersebut sambil terus mendengarkan musik yang diputar oleh DJ yang bertugas. Tiba-tiba dalam khayalan tersebut salah seorang wanita yang dirangkulnya menjitak Ridhan dengan sangat keras sekali. Ridhan pun akhirnya tersadar, ternyata yang menjitaknya adalah Iyan.
“Woi dhan! Pak Deni dateng!” Bentak Iyan sambil berbisik.
Pak Deni adalah guru matematika yang sedang bertugas. Pak Deni adalah guru yang terkenal dengan ciri khas pundungnya. Karena setiap beliau pundung ke salah seorang murid makan beliau akan menyerang nilainya.
“Kamu bapak liat dari tadi sepertinya tidak memperhatikan materi ya?” Tanya Pak Deni.
“Saya memperhatikan kok pak.” Jawab Ridhan dengan tidak meyakinkan.
“Coba saya tanya, hari ini kita belajar tentang apa?” Tanya Pak Deni lagi.
Ridhan hanya terdiam. Dia menengok kearah Iyan, berharap Iyan mau membantunya dalam masalah yang baru saja menimpanya. Akan tetapi yang terjadi tidak sesuai dengan kenyataan, Iyan malah menunduk sambil menahan tawanya. Otomatis kejadian tersebut membuat Ridhan kesal dan makin kebingungan.
“Yaudah nanti setelah jam pelajaran berakhir kamu ikut bapak ke kantor ya.” Lanjut Pak Deni sambil tersenyum sinis.
Ridhan pun langsung merasa galau. Galau akademis akibat kesalahan yang sudah dia perbuat. Jam pelajaran pun berakhir dibarengi dengan masuknya waktu untuk istirahat. Teman-teman Ridhan yang berada di kelas pun mebicarakannya. Kejadian tersebut dijadikan bahan candaan.
“Kira-kira si Ridhan dapet hukuman apa ya?” Tanya Toro.
“Paling disuruh lari lagi kayak waktu itu.” Jawab Akbar sambil tertawa.
“Lu juga kan kena hukuman lari waktu itu bareng dia.” Lanjut Adit tertawa.
“Kalo menurut gue sih dia bakal kena hukuman lewat nilai deh.” Tebak-tebak Ewin.
“Lagian salah sendiri, tadi tuh udah gue peringatin sebenernya tapi dianya aja ga nurut.” Kata Iyan.
“Gue mah lebih khawatir lagi sama handphone gue, soalnya dia itu make handphone gue.” Tambah Banyu khawatir.
“Paling juga nanti dijual sama Pak Deni, sabar aja ya.” Jawab Adit sambil menepuk-nepuk perut Banyu dan tertawa.
“Sialan lu gendut!” Bentak Banyu kepada Adit.
Banyu hanya bisa merenungi nasib yang menimpanya, tetapi teman-temannya malah tertawa terbahak-bahak. Mereka berenam pun berangkat menuju kantin bersama untuk jajan. Mereka membeli bermacam-macam jajanan khas sekolahan. Setelah merasa puas jajan mereka pun kembali ke kelas lagi. Mereka sedikit terkejut setelah memasuki kelas karena sudah terlihat Ridhan sedang duduk sendiri di bangkunya. Inisiatif mereka pun menghampirinya.
“Woi dhan! Mana handphone gue?” Tanya Banyu.
“Nih Nyu, maaf ya.” Jawab Ridhan sambil mengembalikan handphone milik Banyu.
“Kena hukuman apa lu?” Tanya Iyan.
“Handphone gue di tahan sampe bubaran sekolah, sebenernya awalnya handphone si Banyu yang bakal ditahan, tapi gue kasih aja handphone punya gue soalnya gue ga enak kalo handphone si Banyu yang ditahan.” Ridhan berusaha menjelaskan.
Tiba-tiba Rachmi datang menghampiri Ridhan. Rachmi yang mengetahui kejadian tersebut merasa penasaran dengan keadaan Ridhan dan ingin menghibur Ridhan.
“Kamu gak apa-apa kan dhan? Kita main jujur berani yuk, bareng anak-anak Robo yang lain juga.” Ajak Rachmi sambil tersenyum.
“Hayuk mi, kayaknya rame tuh.” Ewin nyamber.
Ridhan sebenarnya tidak ingin ikut bermain, karena keadaan moodnya sedang tidak baik. Karena Rachmi yang mengajak jadi dia ikut main. Dalam permainan tersebut Rachmi pun mengajak teman sebangkunya yang bernama Shifa. Mendadak muka Toro memerah. Tidak ada yang menyadari akan hal tersebut. Mereka pun memulai permainan. Metode yang digunakan adalah metode putar botol bekas minuman mineral. Ewin memulai permainan, dia terlihat sangat antusias dalam permainan ini. Botol pun berputar kencang, lama-kelamaan putaran botol melambat. Botol terus berputar lambat, terus berputar, dan akhirnya berhenti dan tutup botol mengarah kepada Ridhan.
“Lu harus jujur dan sekalian berani.” Ewin mengambil inisiatif serangan pertama.
“Loh kok gitu?” Protes Ridhan.
“Udah ga usah protes.” Kata Toro.
“Siapa cewek yang lu taksir dikelas? Dan lu harus nembak dia sekarang juga.” Lanjut Toro.
Ridhan kebingungan, dia harus jujur atau bohong. Sebenarnya dia masih ada perasaan kepada Rachmi, tetapi dia sadar Rachmi sudah mempunyai pacar. Ridhan pun celingak-celinguk mencari target lain, tiba-tiba pandangannya tetuju ke arah depan kelas. Disana terlihat seorang perempuan yang baru saja memasuki kelas. Perempuan tersebut berambut sebahu, berkulit putih, berbadan proposional, pipinya agak chubby. Dengan reflek karena kepepet dia pun menunjuk perempuan tersebut.
“Gue naksir sama dia.” Jawab Ridhan sambil menunjuk perempuan tersebut.
“Yaudah lu cepet samperin dia.” Suruh Toro.
Ridhan pun dengan tidak percaya diri menghampiri perempuan tersebut. Dia berjalan melewati meja demi meja. Dia pun berhasil mencegat perempuan tersebut untuk duduk.
“Hei nama kamu siapa? Namaku Ridhan.” pertanyaan pembuka dari Ridhan sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.
“Nama aku Sigi.” Jawabnya sambil tersenyum dan bersalaman dengan Ridhan.
“Aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?” Tembakan dari Ridhan.
Wajah Sigi terlihat memerah. Sigi kebingungan, sebenarnya dia baru saja berkenalan dengan orang asing di kelas yang bernama Ridhan. Tiba-tiba Ridhan langsung menembaknya. Keadaan pun langsung hening beberapa saat. Waktu seperti berhenti.
“Maaf, aku belum terlalu kenal sama kamu, jadi kita temenan aja ya.” Jawab Sigi sambil tersenyum.
“Oh gitu, maaf yah udah ganggu waktu istirahatnya.” Balas Ridhan sambil tersenyum.
Ridhan pun langsung meninggalkan Sigi sendiri di depan kelas. Sigi sebenarnya kebingungan dengan hal yang sedang terjadi. Sigi pun hanya memperhatikan langkah demi langkah Ridhan yang meninggalkannya di depan kelas. Ridhan pun sudah melaksanakan tugas yang diberikan. Dia pun kembali ke permainan. Karena Ridhan sudah terpilih maka dia sudah dibebas tugaskan. Kali ini giliran Ridhan memutar botol. Botol pun berputar kencang. Terus berputar, melambat, dan melambat. Akhirnya tutup botol mengarah kepada Toro. Toro pun kaget bukan kepayang. Raut wajah panik pun terlihat di wajahnya.
“Hei jangan panik gitu dong, sekarang gue mau bales dendam nih.” Kata Ridhan sambil tertawa licik.
“Gue minta lu buat jujur aja deh, kasian soalnya jadi panik gitu.” Lanjut Ridhan sambil tertawa.
“Siapa cewek yang lu taksir di kelas ini?” Tanya Ridhan serius.
Toro hanya bisa tertunduk lesu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Terasa sangat berat untuk mengatakan kebenaran. Para peserta permainan jujur berani menatap tajam kearah Toro. Mereka penasaran menunggu jawaban yang keluar dari mulut dari Toro.
“Mmm.. gue.. suka.. sama.. Shifa.” Jawab Toro terkaku-kaku.
Wajah Toro langsung memerah. Dia hanya bisa tertunduk. Sesekali dia mencuri pandang kearah Shifa. Akan tetapi Shifa malah terlihat sedang tertawa. Toro yang sadar akan hal tersebut kebingungan. Dia pun terus tertunduk lesu, sedikit kecewa.
“Kok bisa?” Tanya Rachmi.
“Saya gatau mi, perasaan itu dateng sendiri.” Jawab Toro.
“Mungkin perasaan ini dateng pas kita baru selesai praktek olah raga materi futsal beberapa minggu yang lalu.” Lanjut Toro.
“Emang ada momen spesial ya waktu itu?” Tanya Rachmi lagi.
“Jadi waktu itu Shifa minjemin handuk kecil ke saya dan ngasih minum air mineral ke saya setelah sparing futsal.” Jawab Toro.
“Sok atuh lu sekarang mintain nomer handphonenya biar bisa sms-an.” Akbar nyamber.
“Nih nomer handphone aku Tor.” Tiba-tiba Shifa memberikan nomer handphonenya di secarik kertas sambil tertawa.
Sebenarnya Toro sempat ragu-ragu untuk menerima nomer handphone dari Shifa. Karena Shifa terlihat seperti sedang bercanda. Akan tetapi karena memang sudah suka dia pun menerimanya dan menyimpan di handphone miliknya.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, Toro mulai melancarkan serangan-serangan PDKT kepada Shifa. Namun semuanya berjalan tidak lancar. Toro selalu meminta saran kepada anggota Robo yang notabene berstatus jomblo semua. Saran-saran dari teman-temannya selalu saja tidak benar. Toro pun terpaksa berjuang sendirian. Toro pantang menyerah mendekati Shifa. Sampai suatu ketika dia mendapatkan SMS dari Shifa yang langsung membuatnya down.
“Maaf Toro, aku ga bisa jadi lebih dari temen kamu. Maaf juga udah ngasih harapan. Waktu itu aku ngasih handuk sama minum karena aku seneng banget kelas kita menang sparing futsal lawan kelas IPA 3 dan kamu main bagus banget waktu itu.” Pesan singkat Shifa dalam sebuah SMS.
Toro pun tidak membalas SMS dari Shifa tersebut. Awalnya dia merasa sangat senang karena akhirnya SMS dia terbalas. Akan tetapi isi dari SMS tersebut membuat dia sangat kecewa. Toro pun membuat komitmen untuk menyudahi proyek pendekatan yang dia lakukan terhadap Shifa. Dia berusaha keras untuk melupakan Shifa. Dan niat melupakan Shifa tersebut sudah menjadi janjinya kepada diri dia sendiri sampai nanti dia akan menemukan perempuan lain yang bisa menerima dia apa adanya. Toro menceritakan semuanya kepada teman-teman dekatnya, reaksi yang dilakukan teman-temannya sudah bisa dia tebak yaitu ditertawakan dan dijadikan bahan candaan. Walau begitu anggota Robo yang lain selalu menyuport Toro untuk bisa bangkit dan selalu ada disampingnya ketika dia membutuhkan.

End of Part 2