Senin, 08 Oktober 2012

Kelanjutan


 Intermezzo

Bel masuk kelas sudah terdengar di pagi itu. Siswa-siswa beramai-ramai mulai berdatangan masuk ke sekolah. Ridhan yang baru turun dari angkot pun bergegas lari menuju gerbang sekolah yang dijaga oleh satpam bermuka sangar. Satpam tersebut mengenakan pakaian dinas berwarna atasan hitam dan bawahan hitam. Dengan mengenakan sepatu militer satpam tersebut berdiri gagah di gerbang sekolah sambil merokok. Ridhan yang terlambat waktu itu berjalan melewati gerbang sambil mengucapkan salam kepada satpam tersebut.
“Permisi pak.” Salam Ridhan pelan.
“Cepetan lu masuk! Ga denger apa itu bel udah bunyi dari tadi?!” Bentak si Satpam.
Ridhan pun mempercepat langkahnya setelah dibentak oleh satpam tersebut. Ridhan melewati areal parkiran kecil di lorong antara gerbang sekola dan ruang guru piket. Terlihat motor-motor yang sudah diparkirkan dengan rapih. Ia pun memperlambat langkahnya karena dia tau dia akan melewati ruang guru piket. Ridhan pun berjalan santai melewati ruang guru piket seakan-akan tidak punya salah dan memberi salam kepada guru piket yang sedang bertugas.
“Assalamualaikum pak, selamat pagi.” Salam Ridhan gugup sambil menundukan kepalanya.
“Eh tunggu kamu, itu jaket buka!.” Kata seorang guru piket sambil memberhentikan langkah Ridhan.
Ridhan pun membuka jaket tipis yang dia kenakan sambil tersenyum terpaksa. Terlihat Rachmi melewati Ridhan yang sedang di razia sambil menahan tawanya. Ridhan menyadari akan hal itu dan merasa sangat malu.
“Ngapain itu baju kamu dikeluarin? Mau gaya-gayaan kamu di sekolah?” Tanya si guru piket sinis.
Ridhan pun langsung merapihkan baju seragamnya yang memang sengaja tidak dimasukan olehnya. Kali ini Toro dan Ewin terlihat datang berbarengan dan melewati Ridhan yang sedang di razia. Mereka baru saja dari kantin dan sedang berjalan menuju kelas. Dengan jelas Toro dan Ewin menertawai Ridhan dengan terbahak-bahak sambil jalan melewati Ridhan. Ridhan pun makin kesal dibuatnya.
“Udah ya pak, udah rapih nih, saya ke kelas yah sekarang.” Jawab Ridhan sambil tersenyum sinis.
“Eh tunggu! Itu rambut kamu bagus ya lebih panjang dari kuping dan poninya melewati alis.” Sindir si guru piket.
Si guru piket pun menyuruh Ridhan untuk tidak pergi kemana-mana dan dia masuk kedalam ruangannya lalu kembali lagi membawa sebuah gunting. Guru piket tersebut pun langsung menggunting bagian-bagian rambut Ridhan yang menurutnya melewati batas. Lalu lewatlah Akbar yang baru datang dan sama seperti Toro dan Ewin, Akbar pun menertawai Ridhan dengan terbahak-bahak.
“Hei kamu yang lagi ketawa cepet kesini!” bentak si guru piket kepada Akbar.
“Ada apa pak?” Tanya Akbar kebingungan.
“Saya tau kamu sering telat, udah gitu sekarang rambutnya panjang juga. Sini biar saya potong juga!” Bentak si guru piket.
Akbar pun pasrah dan menerima hukuman yang sama seperti Ridhan. Ridhan hanya bisa tertawa cekikikan melihat kejadian itu.
“Hei kamu ngapain ketawa?! Sama-sama punya salah juga malah ngetawain. Cepat kalian lari keliling lapangan basket sampai jam pertama berakhir! Saya akan perhatikan dari sini.” bentak si guru piket.
Dengan pasrah mereka pun berlari berbarengan mengelilingi lapangan basket. Mereka menaruh tas dan jaket masing-masing di bawah ring basket. Lalu mereka pun mulai berlari sambil diperhatikan oleh banyak orang.
“Lu kok telat terus sih bar?” tanya Ridhan.
“Biasa lah. Rumah gue kan jauh di Riung terus gue kalo bangun kesiangan terus ya jadi telat terus deh.” Jawab Akbar simpel.
“Lah kalo lu kenapa bisa kena hukuman dhan?” Akbar balik bertanya.
“Kalo gue sih ga terlambat, cuma ini aja rambut gue kepanjangan. Gue lupa cukur rambut tadi malem.” Jawab Ridhan sambil diteruskan tawa terbahak-bahak.
Mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama. Mereka terus berlari menjalani hukuman yang didapat sambil sekali-sekali mencuri kesempatan untuk istirahat di kantin sambil membeli minuman. Tidak terasa sudah 45 menit mereka melewati hukuman tersebut, bel pun berbunyi menandakan satu jam pelajaran telah berakhir. Merekan pun langsung melapor ke ruangan guru piket. Dan mereka pun diizinkan untuk masuk ke kelas. Mereka dengan percaya diri masuk ke kelas. Ketika mereka memasuki kelas langsung terdengar cemo’ohan dari teman-teman sekelasnya. Ibu Dewi yang merupakan guru Bahasa Inggris favorit Ridhan pun menertawainya.
“Ciee.. kompak nih rambutnya.” Sindir Iyan sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ih liat itu keteknya basah.” Kata Adit sambil menujuk ke arah mereka berdua.
Ridhan dan Akbar hanya terdiam sambil menundukan kepalanya masing-masing. Sambil tertunduk Ridhan sempat mencuri pandang kearah Rachmi, terlihat Rachmi menahan tawanya dengan menutup mulutnya dengan tangan. Ridhan merasa harga diri sangat jatuh di hadapan Rachmi. Mereka pun langsung duduk di tempat duduk masing-masing dan mengikuti pelajaran yang berlangsung.

Friendzoned

Ridhan, Iyan, Akbar, dan Adit sedang serius memperhatikan video yang ada di handphone milik Banyu. Handphone tersebut mereka pinjam dari Banyu ketika Banyu akan pergi menuju kantin sekolah untuk jajan. Waktu itu sedang jam istirahat sekolah sekitar pukul sepuluh pagi. Mereka berempat memutuskan untuk tidak melakukan kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan ketika istirahat sekolah yaitu mengunjungi kantin karena penasaran dengan video yang ada di handphone Banyu.
“Pokonya keren itu video, ceweknya cantik lagi, gue yang rekam sendiri.” Kata Banyu sebelum meninggalkan mereka berempat ke kantin.
Perkataan Banyu tersebut membuat mereka berempat sangat penasaran. Mereka berempat pun dengan khusyuk memperhatikan setiap adegan yang ada di video tersebut. Toro yang baru saja kembali dari mesjid untuk shalat dhuha pun menghampiri mereka karena penasaran.
“Astagfirullah! Cepet tobat deh kalian.” Reflek Toro menyentak mereka.
“Diem lu!” bentak Adit yang sedang fokus memperhatikan video.
Toro pun langsung meninggalkan mereka berempat dan kembali ke tempat duduknya sambil membaca buku pelajaran. Rachmi yang sedang duduk di kejauhan mendengar bentakan Adit kepada Toro lalu melihat kearah mereka dengan kebingungan. Ridhan yang menyadari hal itu langsung pura-pura tidak tau dan meneruskan menonton video tersebut. Tiba-tiba datang Banyu yang baru datang dari kantin membawa banyak makanan.
“Bagus ga video punya gue?” tanya Banyu.
“Bagus banget.” Jawab Ridhan
“Ceweknya cantik-cantik, montok-montok juga.” Lanjut Iyan.
“Mantep.” Jawab Akbar simpel.
“Lu dapetnya dari mana sih?” tanya Adit
“Jadi waktu itu gue lagi jalan-jalan di PVJ, terus ada cheerleader gitu tampil, yaudah deh gue rekam.” Jawab banyu.
Lalu mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama. Sambil tertawa Ridhan pun mencuri pandang ke arah Rachmi yang duduk di kejauhan dan melihat Rachmi sedang melihat kearahnya sambil tertawa kecil dan menggelengkan kepala. Tidak seperti biasanya Ridhan kali ini berani menatap langsung ke arah Rachmi sambil tersenyum dan Rachmi pun membalas senyuman Ridhan. Cukup lama mereka berdua saling bertatap-tatapan. Iyan yang sadar akan kejadian tersebut hanya bisa tersenyum dan langsung menjitak Ridhan.
“Wei bisa-bisanya lu curi-curi kesempatan, liat tuh Bu Dewi udah masuk kelas.” Canda Iyan sambil tertawa.
Bu Dewi pun masuk kelas. Beliau menjelaskan sedikit materi tentang Basic Conversation. Setelah memberikan materi Bu Dewi pun langsung memberikan tugas kelompok dan membagikan kelompok yang sudah Beliau bentuk. Kaget bukan kepalang ternyata Ridhan satu kelompok dengan Rachmi. Di dalam kelompok tersebut juga terdapat Ahmad, Ewin, dan Akbar. Murid-murid sekelas pun langsung duduk perkelompok. Ridhan hanya bisa diam dan merasa gugup. Dalam diskusi kelompok tersebut hanya Ridhan yang tidak aktif. Tapi terkadang dalam diskusi tersebut Ewin membuat lelucon yang memancing orang untuk tertawa. Setiap lelucon tersebut membuat Akbar dan Ridhan tertawa terbahak-bahak berbarengan. Kejadian gaduh tersebut memecah keheningan dan membuat Bu Dewi kesal dan langsung memanggil Ridhan dan Akbar ke mejanya.
“Kalian berdua itu kenapa sih? Bikin gaduh melulu.” Tanya Bu Dewi kesal.
Mereka berdua pun hanya terdiam kebingungan dan tidak bisa menjawab.
“Yaudah cepat sekarang kalian lari keliling kelas 5 putaran, karena daritadi saya hitung kalian udah lima kali ketawa-ketawa ga jelas.”
“Tapi bu, kan….” Keluh Ridhan.
“Tapi apa?! Cepat lakukan!” potong Bu Dewi.
Mereka pun berlari mengelilingi ruang kelas bersama sebanyak lima kali putaran. Teman-teman sekelasnya menertawai mereka. Setiap Ridhan melewati tempat Rachmi duduk, Ridhan tersenyum dan senyuman tersebut dibalas oleh Rachmi. Makin semangatlah Ridhan untuk berlari sampai-sampai dia tidak sadar menabrak Akbar yang berlari di depannya lalu mereka pun terjatuh berdua tepat di depan kelas.
Setelah melaksanakan hukuman yang diberikan mereka berdua pun kembali ke kelompok diskusi. Tiba-tiba Rachmi langsung menyapa Ridhan.
“Kamu lucu yah, nama kamu siapa? Aku Rachmi, kamu bisa panggil aku Ami.” Rachmi memperkenalkan diri sambil tersenyum.
“Hah maksudnya lucu? Namaku Ridhan.” Ridhan kebingungan.
“Lucu aja, kelakuan kamu tuh bikin aku ketawa terus.” Jawab Rachmi sambil tertawa kecil dan menggelengkan kepala.
Mereka pun langsung mengobrol, membicarakan berbagai hal tentang kehidupan mereka. Ridhan memang sebelumnya belum pernah berbicara dengan Rachmi, bahkan berkenalan pun baru saja dilakukan. Mereka pun langsung bertukaran nomer handphone, id YM, dan id Friendster.
Setelah kejadian tersebut, Ridhan sering sekali menghubungi Rachmi lewat berbagai media. Ridhan pun lama-lama merasa cocok dengan Rachmi. Terkadang Ridhan memiliki keinginan untuk mengajak Rachmi untuk jalan, akan tetapi rencana tersebut selalu gagal karena Ridhan tidak memiliki nyali yang cukup. Disaat bersamaan Rachmi pun sedang didekati oleh seorang cowok dari sekolah lain dan Ridhan tidak mengetahuinya. Berbulan-bulan Ridhan mendekati Rachmi akan tetapi hubungan tersebut tidak berkembang dikarenakan nyali yang dimiliki Ridhan tidak cukup besar. Sampai disuatu saat Rachmi ternyata sudah jadian dengan cowok lain yang memang mendekatinya juga. Ridhan pun mengetahui hal tersebut dan kebingungan. Ridhan tidak merasa kecewa sama sekali setelah mendengar berita tersebut malah ikut senang, dan Ridhan malah mengucapkan selamat kepada Rachmi melalui media YM.
“Selamat ya kamu sekarang udah punya pacar :)” pesan Ridhan.
“Terima kasih yah :)” Jawab Rachmi singkat.
Ridhan pun tidak membalas pesan YM dari Rachmi tersebut. Dan Setelah beberapa saat kira-kira sekitar 20 menit Rachmi mengirim pesan kepada Ridhan.
“Kamu mau kan jadi sahabat aku terus? Jangan jauhin aku.” Tanya Rachmi.
“Iya, pastinya mau :)” Balas Ridhan cepat.
Akhirnya Ridhan pun mendapatkan seorang sahabat perempuan. Rachmi pun menjadi sahabat perempuan pertama Ridhan di Lengkong Kecil 53.

Ustadz in Love

Kali ini Ridhan merasa sangat tidak nyaman berada di dalam kelas. Tidak seperti biasanya kali ini dia tidak bisa bergerak bebas. Dari setiap nafas yang berderu terlihat sekali kalau dia sangat merasa tidak nyaman. Setiap materi pelajaran yang diajarkan sama sekali tidak dapat ia mengerti. Jenuh pun mulai terasa. Ridhan pun berpikir kalau dia butuh suatu hiburan. Hiburan yang bisa membuat rasa jenuh tersebut lenyap. Dia pun tau siapa orang yang harus dia cari untuk itu. Dia pun meminta pertolongan kepada Banyu.
“Ssst! Ssst! Nyu.” Bisik Ridhan kepada Banyu yang duduk tepat didepannya.
“Apaan?” Jawab Banyu malas.
“Gue minjem handphone lu dong, boleh gak?” Tanya Ridhan.
“Kan lu udah liat semua video punya gue.” Jawab Banyu yang sedang mencatat materi pelajaran.
“Bukan itu. Gue pengen dengerin lagu mp3, sekalian sama headsetnya juga ya.” Pinta Ridhan memelas.
“Oh yaudah, tapi awas ya jangan sampe ketauan sama guru.” Balas Banyu.
Handphone milik Banyu adalah handphone yang paling bagus diantara anggota Robo. Maka dari itu handphone Banyu lah yang paling sering dipinjami untuk dimainkan. Ridhan pun menyalakan mp3 dengan volume yang paling tinggi. Sampai-sampai dia tidak bisa mendengar suara apapun kecuali suara lagu dari handphone milik Banyu tersebut.
“Gila lu! Nekat banget Dhan.” Kata Iyan yang duduk disamping Ridhan.
Ridhan tidak merespon, karena memang dia tidak bisa mendengar perkataan Iyan dan tidak menyadari kalau Iyan sedang berbicara kepadanya. Ridhan pun  terus menyetel lagu-lagu playlist yang ada di handphone Banyu. Playlist tersebut berisikan lagu-lagu party remix yang sering diputarkan di tempat-tempat dugem. Ridhan pun mendengarkan lagu-lagu tersebut sambil membayangkan dirinya sedang berada di tempat dugem ternama di kota kembang. Dia membayangkan sedang berdansa di lantai dansa dikelilingi banyak orang dalam keadaan mabuk akibat alkohol, padahal dalam hidupnya dia tidak pernah sekali pun menenggak minuman beralkohol. Sambil mendengarkan lagu dan berpura-pura mabuk Ridhan pun mengganggu Iyan teman sebangkunya.
“Hei! Kok serius amat sih belajarnya? Santai aja kali kayak gue.” Sindir Ridhan kepada Iyan yang sedang mencatat materi pelajaran matematika sambil tersenyum.
“Gila lu! Bentar lagi kan kita UTS.” Bentak Iyan sambil berbisik.
Ridhan tidak bisa mendengar perkataan Iyan tapi dia bisa melihat respon dari Iyan dan dia hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan Iyan. Lalu dia pun melanjutkan khayalannya lagi. Kali ini dia berkhayal sambil memejamkan matanya. Kali ini dia membayangkan sedang dikelilingi banyak wanita di lantai dansa. Wanita-wanita tersebut dalam keadaan di bawah sadar. Ridhan pun merangkul wanita-wanita tersebut sambil terus mendengarkan musik yang diputar oleh DJ yang bertugas. Tiba-tiba dalam khayalan tersebut salah seorang wanita yang dirangkulnya menjitak Ridhan dengan sangat keras sekali. Ridhan pun akhirnya tersadar, ternyata yang menjitaknya adalah Iyan.
“Woi dhan! Pak Deni dateng!” Bentak Iyan sambil berbisik.
Pak Deni adalah guru matematika yang sedang bertugas. Pak Deni adalah guru yang terkenal dengan ciri khas pundungnya. Karena setiap beliau pundung ke salah seorang murid makan beliau akan menyerang nilainya.
“Kamu bapak liat dari tadi sepertinya tidak memperhatikan materi ya?” Tanya Pak Deni.
“Saya memperhatikan kok pak.” Jawab Ridhan dengan tidak meyakinkan.
“Coba saya tanya, hari ini kita belajar tentang apa?” Tanya Pak Deni lagi.
Ridhan hanya terdiam. Dia menengok kearah Iyan, berharap Iyan mau membantunya dalam masalah yang baru saja menimpanya. Akan tetapi yang terjadi tidak sesuai dengan kenyataan, Iyan malah menunduk sambil menahan tawanya. Otomatis kejadian tersebut membuat Ridhan kesal dan makin kebingungan.
“Yaudah nanti setelah jam pelajaran berakhir kamu ikut bapak ke kantor ya.” Lanjut Pak Deni sambil tersenyum sinis.
Ridhan pun langsung merasa galau. Galau akademis akibat kesalahan yang sudah dia perbuat. Jam pelajaran pun berakhir dibarengi dengan masuknya waktu untuk istirahat. Teman-teman Ridhan yang berada di kelas pun mebicarakannya. Kejadian tersebut dijadikan bahan candaan.
“Kira-kira si Ridhan dapet hukuman apa ya?” Tanya Toro.
“Paling disuruh lari lagi kayak waktu itu.” Jawab Akbar sambil tertawa.
“Lu juga kan kena hukuman lari waktu itu bareng dia.” Lanjut Adit tertawa.
“Kalo menurut gue sih dia bakal kena hukuman lewat nilai deh.” Tebak-tebak Ewin.
“Lagian salah sendiri, tadi tuh udah gue peringatin sebenernya tapi dianya aja ga nurut.” Kata Iyan.
“Gue mah lebih khawatir lagi sama handphone gue, soalnya dia itu make handphone gue.” Tambah Banyu khawatir.
“Paling juga nanti dijual sama Pak Deni, sabar aja ya.” Jawab Adit sambil menepuk-nepuk perut Banyu dan tertawa.
“Sialan lu gendut!” Bentak Banyu kepada Adit.
Banyu hanya bisa merenungi nasib yang menimpanya, tetapi teman-temannya malah tertawa terbahak-bahak. Mereka berenam pun berangkat menuju kantin bersama untuk jajan. Mereka membeli bermacam-macam jajanan khas sekolahan. Setelah merasa puas jajan mereka pun kembali ke kelas lagi. Mereka sedikit terkejut setelah memasuki kelas karena sudah terlihat Ridhan sedang duduk sendiri di bangkunya. Inisiatif mereka pun menghampirinya.
“Woi dhan! Mana handphone gue?” Tanya Banyu.
“Nih Nyu, maaf ya.” Jawab Ridhan sambil mengembalikan handphone milik Banyu.
“Kena hukuman apa lu?” Tanya Iyan.
“Handphone gue di tahan sampe bubaran sekolah, sebenernya awalnya handphone si Banyu yang bakal ditahan, tapi gue kasih aja handphone punya gue soalnya gue ga enak kalo handphone si Banyu yang ditahan.” Ridhan berusaha menjelaskan.
Tiba-tiba Rachmi datang menghampiri Ridhan. Rachmi yang mengetahui kejadian tersebut merasa penasaran dengan keadaan Ridhan dan ingin menghibur Ridhan.
“Kamu gak apa-apa kan dhan? Kita main jujur berani yuk, bareng anak-anak Robo yang lain juga.” Ajak Rachmi sambil tersenyum.
“Hayuk mi, kayaknya rame tuh.” Ewin nyamber.
Ridhan sebenarnya tidak ingin ikut bermain, karena keadaan moodnya sedang tidak baik. Karena Rachmi yang mengajak jadi dia ikut main. Dalam permainan tersebut Rachmi pun mengajak teman sebangkunya yang bernama Shifa. Mendadak muka Toro memerah. Tidak ada yang menyadari akan hal tersebut. Mereka pun memulai permainan. Metode yang digunakan adalah metode putar botol bekas minuman mineral. Ewin memulai permainan, dia terlihat sangat antusias dalam permainan ini. Botol pun berputar kencang, lama-kelamaan putaran botol melambat. Botol terus berputar lambat, terus berputar, dan akhirnya berhenti dan tutup botol mengarah kepada Ridhan.
“Lu harus jujur dan sekalian berani.” Ewin mengambil inisiatif serangan pertama.
“Loh kok gitu?” Protes Ridhan.
“Udah ga usah protes.” Kata Toro.
“Siapa cewek yang lu taksir dikelas? Dan lu harus nembak dia sekarang juga.” Lanjut Toro.
Ridhan kebingungan, dia harus jujur atau bohong. Sebenarnya dia masih ada perasaan kepada Rachmi, tetapi dia sadar Rachmi sudah mempunyai pacar. Ridhan pun celingak-celinguk mencari target lain, tiba-tiba pandangannya tetuju ke arah depan kelas. Disana terlihat seorang perempuan yang baru saja memasuki kelas. Perempuan tersebut berambut sebahu, berkulit putih, berbadan proposional, pipinya agak chubby. Dengan reflek karena kepepet dia pun menunjuk perempuan tersebut.
“Gue naksir sama dia.” Jawab Ridhan sambil menunjuk perempuan tersebut.
“Yaudah lu cepet samperin dia.” Suruh Toro.
Ridhan pun dengan tidak percaya diri menghampiri perempuan tersebut. Dia berjalan melewati meja demi meja. Dia pun berhasil mencegat perempuan tersebut untuk duduk.
“Hei nama kamu siapa? Namaku Ridhan.” pertanyaan pembuka dari Ridhan sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.
“Nama aku Sigi.” Jawabnya sambil tersenyum dan bersalaman dengan Ridhan.
“Aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?” Tembakan dari Ridhan.
Wajah Sigi terlihat memerah. Sigi kebingungan, sebenarnya dia baru saja berkenalan dengan orang asing di kelas yang bernama Ridhan. Tiba-tiba Ridhan langsung menembaknya. Keadaan pun langsung hening beberapa saat. Waktu seperti berhenti.
“Maaf, aku belum terlalu kenal sama kamu, jadi kita temenan aja ya.” Jawab Sigi sambil tersenyum.
“Oh gitu, maaf yah udah ganggu waktu istirahatnya.” Balas Ridhan sambil tersenyum.
Ridhan pun langsung meninggalkan Sigi sendiri di depan kelas. Sigi sebenarnya kebingungan dengan hal yang sedang terjadi. Sigi pun hanya memperhatikan langkah demi langkah Ridhan yang meninggalkannya di depan kelas. Ridhan pun sudah melaksanakan tugas yang diberikan. Dia pun kembali ke permainan. Karena Ridhan sudah terpilih maka dia sudah dibebas tugaskan. Kali ini giliran Ridhan memutar botol. Botol pun berputar kencang. Terus berputar, melambat, dan melambat. Akhirnya tutup botol mengarah kepada Toro. Toro pun kaget bukan kepayang. Raut wajah panik pun terlihat di wajahnya.
“Hei jangan panik gitu dong, sekarang gue mau bales dendam nih.” Kata Ridhan sambil tertawa licik.
“Gue minta lu buat jujur aja deh, kasian soalnya jadi panik gitu.” Lanjut Ridhan sambil tertawa.
“Siapa cewek yang lu taksir di kelas ini?” Tanya Ridhan serius.
Toro hanya bisa tertunduk lesu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Terasa sangat berat untuk mengatakan kebenaran. Para peserta permainan jujur berani menatap tajam kearah Toro. Mereka penasaran menunggu jawaban yang keluar dari mulut dari Toro.
“Mmm.. gue.. suka.. sama.. Shifa.” Jawab Toro terkaku-kaku.
Wajah Toro langsung memerah. Dia hanya bisa tertunduk. Sesekali dia mencuri pandang kearah Shifa. Akan tetapi Shifa malah terlihat sedang tertawa. Toro yang sadar akan hal tersebut kebingungan. Dia pun terus tertunduk lesu, sedikit kecewa.
“Kok bisa?” Tanya Rachmi.
“Saya gatau mi, perasaan itu dateng sendiri.” Jawab Toro.
“Mungkin perasaan ini dateng pas kita baru selesai praktek olah raga materi futsal beberapa minggu yang lalu.” Lanjut Toro.
“Emang ada momen spesial ya waktu itu?” Tanya Rachmi lagi.
“Jadi waktu itu Shifa minjemin handuk kecil ke saya dan ngasih minum air mineral ke saya setelah sparing futsal.” Jawab Toro.
“Sok atuh lu sekarang mintain nomer handphonenya biar bisa sms-an.” Akbar nyamber.
“Nih nomer handphone aku Tor.” Tiba-tiba Shifa memberikan nomer handphonenya di secarik kertas sambil tertawa.
Sebenarnya Toro sempat ragu-ragu untuk menerima nomer handphone dari Shifa. Karena Shifa terlihat seperti sedang bercanda. Akan tetapi karena memang sudah suka dia pun menerimanya dan menyimpan di handphone miliknya.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, Toro mulai melancarkan serangan-serangan PDKT kepada Shifa. Namun semuanya berjalan tidak lancar. Toro selalu meminta saran kepada anggota Robo yang notabene berstatus jomblo semua. Saran-saran dari teman-temannya selalu saja tidak benar. Toro pun terpaksa berjuang sendirian. Toro pantang menyerah mendekati Shifa. Sampai suatu ketika dia mendapatkan SMS dari Shifa yang langsung membuatnya down.
“Maaf Toro, aku ga bisa jadi lebih dari temen kamu. Maaf juga udah ngasih harapan. Waktu itu aku ngasih handuk sama minum karena aku seneng banget kelas kita menang sparing futsal lawan kelas IPA 3 dan kamu main bagus banget waktu itu.” Pesan singkat Shifa dalam sebuah SMS.
Toro pun tidak membalas SMS dari Shifa tersebut. Awalnya dia merasa sangat senang karena akhirnya SMS dia terbalas. Akan tetapi isi dari SMS tersebut membuat dia sangat kecewa. Toro pun membuat komitmen untuk menyudahi proyek pendekatan yang dia lakukan terhadap Shifa. Dia berusaha keras untuk melupakan Shifa. Dan niat melupakan Shifa tersebut sudah menjadi janjinya kepada diri dia sendiri sampai nanti dia akan menemukan perempuan lain yang bisa menerima dia apa adanya. Toro menceritakan semuanya kepada teman-teman dekatnya, reaksi yang dilakukan teman-temannya sudah bisa dia tebak yaitu ditertawakan dan dijadikan bahan candaan. Walau begitu anggota Robo yang lain selalu menyuport Toro untuk bisa bangkit dan selalu ada disampingnya ketika dia membutuhkan.

End of Part 2



Senin, 10 September 2012

Asal Mula


Intermezzo

Malam itu Ridhan duduk di tepi tempat tidur kamarnya yang cukup luas. Kasur empuk tidak bisa menggodanya untuk cepat tidur. Kira-kira malam itu menunjukan pukul sebelas malam. Ridhan menumpang hidup di rumah neneknya di Bandung karena orang tuanya bekerja di Tangerang. Masih mengenakan seragam SMA lengkap dia tampak kebingungan, bingung mau melakukan apa dan dia pun mulai menyalakan rokok kreteknya. Karena terlalu lelah dia pun mulai hilang konsentrasi. Nampak samar-samar perempuan menghampirinya. Perempuan tersebut sangat cantik. Rambutnya panjang sebawah bahu, matanya sedikit sipit, kulitnya putih, badannya kecil namun ideal dengan tinggi sekitar 160cm. Perempuan tersebut mengenakan seragam SMA lengkap dengan roknya yang bergelombang ketika perempuan tersebut datang menghampiri Ridhan.
Perempuan tersebut langsung memeluk Ridhan yang sudah mulai kehilangan kesadaran. Karena terbawa suasana malam yang cukup dingin dan lingkungan yang sepi mereka pun berciuman. Nampak sangat bergairah. Tangan-tangan nakal pun mulai bergeriliya. Sepertinya testosteron Ridhan dan progresteron perempuan tersebut sudah mulai berpacu beriringan. Desahan-desahan kecil pun mulai terdengar. Keringat bercucuran layaknya sudah berlari 10 putaran lapangan sabuga. Ciuman perempuan tersebut pun turun kearah leher Ridhan. Kali ini ciumannya bergeriliya dileher. Dengan gesit perempuan tersebut melepaskan seragam SMA Ridhan yang masih dikenakan. Lalu perempuan itu pun mulai melepas kan kancing seragam SMAnya satu per satu, dan nampaklah pemandangan indah dihadapan Ridhan. Mereka pun berciuman lagi. Tangan-tangan jahil pun mulai bergeriliya di area terbuka.
Seketika perempuan tersebut melepaskan ciumannya dan berteriak “GOOOOLLLL!!!!”
Ridhan sedikit sadar, dan bingung dengan keadaan yang terjadi. Dia pun berpikir masa bodoh, dan dia pun ingin melanjutkannya. Serentak Ridhan pun ditampar dan perempuan tersebut teriak lagi. Perempuan tersebut teriak histeris sambil berkata “Liat woi gue ngegolin tuh ke gawang si boncel!”
Suara perempuan tersebut berubah yang tadinya halus sewajarnya perempuan menjadi sedikit berat dan kasar seperti laki-laki. Mukanya pun berubah menjadi laki-laki hitam, kurus, dan berjakun besar. Sedikit menyeramkan.
Ternyata Ridhan sedang bermimpi di siang bolong diantara teman-temannya yang sedang asik bermain Play Station 2. Ridhan pun tersadar dan mulai menyesali karena mimpinya tidak dia alami sampai akhir cerita.
“Sialan lu! Gue itu lagi asik-asik mimpi kenapa dibangunin?! Dibangunin gara-gara alesan yang ga penting pula.” Jawab Ridhan ketus.
“Emang lu mimpi apa sampe mendesah-desah gitu? Coba periksa celana tuh, basah atau ngga?” lanjut temannya Ridhan.
Ridhan pun terdiam di pojokan dan kesal karena telah di bangunkan. Teman-temannya yang berkumpul terlihat tertawa puas melihat kejadian tersebut.

Lengkong Kecil 53

“Krincing… krincing.. kringcing…” suara bel kecil yang berbunyi. Suara itu terus terdengar ketika Ridhan berjalan dan mulai membuatnya kesal di pagi buta. Waktu kira-kira menunjukan jam setengah enam pagi. Ridhan sudah mempersiapkan diri sepagi itu. Dia bangun jam setengah lima pagi dan harus segera mandi disaat keadaan sangat dingin sekali di kota kembang. Matahari belum menunjukan dirinya untuk menghangatkan hari. Ridhan pun memakai topi pak taninya yang di buat dari bungkus tahu sumedang yang dilapisi oleh kertas minyak warna putih. Dia mengenakan sepatu dengan kaos kaki berwarna berbeda dikedua sisinya, yang satu berwarna kuning dan yang lainnya berwarna biru. Tak lupa bel diikatkan dengan pita berwarna hijau dikedua mata kakinya. Sehingga setiap kali Ridhan melangkah terdengar suara-suara bel berkrincing dan itu sangat membuatnya muak. Akan tetapi mau tidak mau dia harus melakukannya. Ridhan pun sudah siap pagi itu, dengan mengenakan seragam dan celana SMP dia pun melangkah keluar rumah neneknya dan berangkat sambil membawa balon gas. Dengan gagah dia melangkah dengan diiringi suara-suara krincing bel mengenakan tas yang dibuat dari karung beras menuju tempat angkot ngetem. Dia pun naek angkot yang sudah penuh sesak dan berisikan orang-orang yang berpenampilan sama seperti dia dan berbarengan turun di ujung jalan Lengkong kecil. Mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu mengikuti masa orientasi masuk SMA.
“Stop! Cepat kalian berbaris dua banjar! Menunduk kalian! Jangan ada yang bersuara!”  teriak seorang laki-laki yang mengenakan seragam SMA lengkap dan rapih.
Gerombolan anak baru tersebut digiring masuk melewati gerbang SMA seperti gembala yang mengiring domba-domba yang dibantu oleh anjing gembalanya. Kegiatan masa orientasi siswa baru tersebut pun dilakukan didalam sekolah. Dari mulai tes fisik sampai mental pun dilakukan karena pada jaman tersebut kegiatan itu masih biasa dilakukan. Kegiatan itu dilakukan selama 3 hari berurutan mulai dari jam 6 pagi sampai jam 4 sore. Ridhan masih banyak terdiam karena belum terlalu mengerti bahasa sehari-hari yang digunakan di Bandung.
Ridhan menempuh masa-masa SMAnya di Bandung. Ridhan yang lahir di Tangerang dan hidup di Tangerang sampai SMP memutuskan untuk hijrah ke Bandung karena ajakan kakaknya yang sudah dulu bersekolah di Bandung. Ridhan laki-laki yang berkulit sawo matang, bermuka pas-pasan namun badannya cukup ideal waktu itu. Ridhan melewati tahun pertama dengan nilai pelajaran yang cukup baik sehingga bisa masuk jurusan IPA sesuai dengan cita-citanya dari awal pindah ke Bandung. Tahun pertama dilewati, setahun Ridhan masih dalam masa penyesuain atau adaptasi dengan lingkungan baru. Dia mulai mengerti bahasa yang biasa digunakan sehari-hari di Bandung. Akan tetapi tidak terlalu banyak hal berkesan yang terjadi karena kehidupan yang berlangsung masih seperti kehidupan dia di SMP. Walau begitu Ridhan mulai bertemu orang-orang baru dengan bahasa sehari-hari yang baru juga dan watak yang bermacam-macam pula. Ridhan pun cukup antusias menjalani kehidupan barunya di lingkungan baru, lingkungan kota kembang dengan kembang-kembangnya yang bertebaran dimana-mana.

ROBO

Pagi itu cerah, matahari menyinari kota Bandung dengan indahnya memancarkan kehangatan yang menutupi dinginnya pagi. Embun-embun yang terbentuk akibat dinginnya malam pun mulai menguap karena malu akibat kehadiran matahari. Kicauan burung liar pun menambah kecerian di pagi hari. Ridhan pun yang berpakaian rapih dengan mengenakan celana SMA sempitnya dan kemeja yang dimasukan siap melewati hari-harinya di sekolah. Sambil mendengarkan mp3 BBB yang berjudul Let’s Dance Togather Ridhan pun berangkat, berjalan menuju tempat angkot ngetem menunggu penumpang. Di angkot Ridhan hanya terdiam sambil mendengarkan mp3, kali ini lagu yang diputar adalah lagu The Changcutters yang berjudul Pria Idaman Wanita.
Sampailah Ridhan ditujuan. Dia langsung berjalan menelusuri gerbang sekolah, dan melewati lorong kecil seperti gang yang sudah berjejer motor-motor yang diparkirkan dengan rapih. Lalu nampak lapangan basket yang luas. SMA Ridhan memang nampak kecil kalau dilihat dari luar namum dalamnya sangat luas. Ridhan berjalan pelan menuju lab biologi yang dimana sudah ditempelkan kertas-kertas pengumuman di kaca-kaca lab tersebut. Hari itu adalah pengumuman pembagian kelas penjurusan setelah liburan kenaikan kelas berakhir.
“Oi dim, gue masuk kelas apa? Lu udah liat belom?” tanya Ridhan kepada Dimas salah satu teman sekelasnya di kelas satu.
“Lu kelas IPA 6 tuh, kelas IPA yang paling bontot alias urutan terakhir.” Jawab Dimas sambil tertawa terbahak-bahak.
“Daripada lu masuk IPS, mending gue lah.” Balas Ridhan ketus.
Mereka pun tertawa sambil diteruskan mengobrol sebentar. Tak terasa bel sekolah pun berbunyi, mereka pun berpisah mencari kelasnya masing-masing. Tak perlu repot-repot Ridhan pun langsung menemukan kelasnya. Kelas IPA 6 itu menggunakan lab biologi karena pembangunan kelas yang belum beres jadi kelas IPA yang paling bontot tersebut menggunakan lab biologi dulu. Ridhan duduk di meja paling belakang yang berisikan laki-laki, dia terlalu malu untuk duduk didepan yang berisikan banyak perempuan. Bentuk meja lab yang berbentuk memanjang memungkinkan untuk ditempati sekitar 8-9 orang. Di lab tersebut terdapat 4 meja panjang.
Wali kelas pun datang dan langsung mengabsen. Satu per satu murid diabsen dari absen awal sampai akhir. Setelah selesai mengabsen pelajaran pertama pun dimulai. Pelajaran pertama adalah seni musik yang mana paling tidak disukai oleh Ridhan. Dengan sedikit tidak memperhatikan Ridhan pun mengikuti pelajaran. Karena memang tidak tertarik dan posisi duduknya yang dibelakang Ridhan pun tertidur. Cukup lama Ridhan tertidur sampai pelajaran pertama selesai. Lalu datang seorang petugas dari bagian kesiswaan sambil membawa beberapa berkas. Petugas tersebut berbincang sebentar dengan wali kelas IPA 6 lalu menyebutkan nama Ridhan. Ridhan yang sedang asyik mengarungi alam mimpi pun terbangun sambil tersentak karena kaget. Dia kebingungan dan tidak bisa berkata-kata, dia berpikir dia akan dimarahi karena tertidur di kelas. Akan tetapi ternyata dia dipanggil karena dia akan di pindahkan ke kelas baru, kelas IPA 4. Ridhan kebingungan, dia penasaran kenapa bisa dipindah kelaskan. Akan tetapi Ridhan sedikit senang karena dengan dipindahkan dia akan mendapatkan ruang kelas yang lebih layak dan peringkat kelas yang lebih tinggi.
Ridhan pun membereskan peralatan belajarnya dan berpamitan dengan teman-teman barunya di kelas IPA 6. Ridhan berjalan keluar kelas, melewati lorong-lorong koridor bangunan sekolahnya ditemani oleh petugas kesiswaan. Sampailah mereka berdua didepan ruang IPA 4.
“Ya dek, ini ruang kelas baru kamu, silahkan melapor ke guru yang sedang bertugas di kelas itu sekarang. Kalau ada apa-apa lapor saja ke saya.” Kata petugas kesiswaan itu.
“Terima kasih pak.” Jawab Ridhan kalem.
Ridhan langsung memasuki ruangan tersebut dan melapor kepada guru yang sedang bertugas disitu. Dia menjelaskan bahwa dia dipindahkan ke kelas tersebut. Setelah melapor Ridhan langsung memilih bangku tempat duduk. Dia memilih duduk di paling belakang karena bangku tempat duduk sudah terisi penuh. Ridhan pun duduk sendiri di paling belakang. Dia celingak-celinguk kebingungan karena waktu itu sedang berlangsung mata pelajaran fisika. Otak Ridhan yang masih bernuansa liburan karena baru selesai melewati liburan semester pun tidak bisa manangkap pelajaran. Sekali lagi, Ridhan pun tertidur.
Namun kali ini Ridhan tidur tidak terlalu lama, karena tidak lama setelah Ridhan tertidur datang satu lagi murid yang kelasnya dipindahkan. Setelah melapor dia langsung duduk disamping Ridhan. Ridhan pun tersadar karena ada seseorang yang datang. Karena mereka bernasib sama, maka mereka pun berkenalan.
“Oi bangun! Jangan tidur aja! Kenalin, gue Rusyanda, lu bisa manggil gue Iyan.” Dengan penuh percaya diri Iyan memperkenalkan diri.
“Oh iya, nama gue Ridhan, lu bisa manggi gue apa aja.” Jawab Ridhan yang masih pusing karena baru terbangun.
“Lu kelasnya dipindahin juga ya?” tanya Ridhan penasaran.
“Iya nih gue dari IPA 3.” Jawab Iyan.
“Berarti lu turun derajat dong ya?.” Canda Ridhan
Mereka pun tertawa bersama. Dan tidak terasa mereka berdua pun bisa langsung akrab. Iyan adalah laki-laki berkulit putih, kurus, berpostur tidak terlalu tinggi sekitar 160cm dan memiliki wajah seperti orang arab.
“Eh sekarang lagi pelajaran apa?” tanya Iyan.
“Fisika, gue asli ga ngerti sampe gue ketiduran ini.” Jawab Ridhan simpel.
Mereka berdua pun malah asik mengobrol. Penampilan warga kelas lah yang dijadikan topik obrolan. Topik obrolan mereka pun tertuju kepada sosok perempuan ramping berambut panjang. Bentuk badannya yang baguslah yang menjadi alasan mengapa perempuan itu dijadikan bahan obrolan. Ternyata Iyan sebelumnya sudah mengetahui nama perempuan tersebut adalah Rachmi. Menurut Iyan, Rachmi adalah sosok perempuan yang cukup populer di angkatan mereka. Ketika sedang asik-asiknya ngomongin Rachmi sambil memandanginya yang duduk tidak jauh didepan mereka, Rachmi pun menoleh ke arah mereka. Serentak mereka pun langsung membuang muka. Ridhan langsung berpura-pura tidur dan Iyan langsung berpura-pura mencari buku didalam tasnya. Kejadian konyol tersebut membuat Rachmi tersenyum.
Tidak lama dari kejadian tersebut guru yang sedang mengajar tiba-tiba mengumumkan bahwa akan diadakan ulangan.
“Apa-apaan ini? Baru pertemuan pertama udah ulangan aja. Gimana nih yan?” Protes Ridhan.
“Yaudah deh, kita pasrah aja.” Jawab Iyan lesu.
Ulangan pun dilakukan. Soalnya berjumlah 4 buah dan diberi waktu hanya 30 menit karena jam pelajaran akan berakhir. Ridhan kebingungan karena dia sama sakeli tidak mengerti pelajaran yang diajarkan. Dia mau menyontek ke Iyan, tetapi dia tau kalu Iyan pun pasti bernasib sama dengannya. Mau bertanya ke orang lain, tetapi dia belum mengenali orang-orang di kelas itu. Hanya Iyan yang baru dia kenal. Ridhan pun mengikuti saran dari Iyan, dia hanya bisa pasrah.
Ulangan pun selesai, semua kertas jawaban dikumpulkan. Setiap murid maju ke meja guru untuk mengumpulkan jawaban mereka masing-masing. Ulangan pun diperiksa dan dibagikan pada hari itu juga. Terkaget setengah mati Ridhan melihat nilai yang di dapatkannya. Ridhan mendapatkan nilai nol. Dia pun melihat ke arah Iyan yang terduduk lesu di bangkunya.
“Dapet nilai berapa yan?” tanya Ridhan.
Iyan pun terdiam sejenak dan menjawab lesu, “Dapet nol dhan.”
“Wih sama, gue juga.” Sambung Ridhan.
Mereka langsung tertawa bersama kegirangan dan melakukan tos. Suasana haru pun berubah menjadi gembira. Karena sama-sama mendapatkan nilai nol mereka langsung merasakan bahwa mereka tidak mendapatkan kesialan itu sendiri. Hari pun berganti hari mereka pun semakin akrab dan berniat melebarkan sayap pergaulan. Sudah banyak orang yang mereka kenal di kelas tersebut. Mereka berkenalan dengan penghuni meja didepan mereka yang akhirnya di ketahui namanya adalah Banyu dan Ahmad. Banyu adalah laki-laki berbadan agak gemuk, bertinggi badan hampir sama seperti Ridhan, berkulit putih karena dia keturunan Tiong Hoa. Ahmad berbadan lebih mirip Iyan, keturunan Jawa. Mereka juga berkenalan dengang penghuni meja disamping mereka. Diketahui ada Adit dan juga Akbar. Adit laki-laki berbadan besar dan tinggi, berkulit sawo matang, asli keturunan Sunda. Akbar berbanding terbalik dengan Adit, Akbar memiliki badan lebih mirip dengan Iyan, dia agak pendek dan kurus, hanya warna kulit yang membedakannya dengan Iyan, asli keturunan sunda. Didepan mereka ada Ewin dan Toro. Ewin berbadan kurus dan tinggi, kulitnya sawo matang, dia keturunan Palembang namun lama tinggal di Lampung. Toro berbadan atletis karena dia merupakan atlet futsal, berkulit sawo matang, keturunan Jawa. Bertambah lagi crew yang ada. Ahmad jarang berbarengan jadi hanya mereka bertujuh yang selalu kemana-mana berbarengan. Berkumpul sehari sekali pun menjadi rutinitas yang selalu mereka bertujuh lakukan. Agar lebih akrab, merekan pun menandai satu sama lain dari ciri-ciri fisik mereka masing-masing. Ridhan yang memiliki bibir tebal maka dipanggil dower. Iyan yang memiliki fisik pendek dipanggil boncel satu. Akbar yang memiliki fisik pendek seperti Iyan dipanggil boncel dua. Adit yang memiliki badan besar seperti raksasa dipanggil atub satu. Atub adalah kebalikan dari kata Buta yang berarti raksasa dalam bahasa sunda. Banyu yang memiliki badan tambun disebut atub dua. Toro yang memiliki lingkar mata yang luas atau belo disebut mata. Toro pun terkadang dipanggil ustadz, karena dia aktif di kepengurusan mesjid sekolah. Ewin yang berkulit agak gelap disebut item satu, karena Ridhan memiliki kulit yang gelap juga jadi kadang-kadang disebut item dua akan tetapi Ridhan lebih sering disebut dower. Mereka bertujuh  sepakat menyebut kelompok mereka Robo, karena dari nama panggilan masing-masing yang mencirikan fisik masing-masing dan jika digabungkan akan seperti robot androit yang menginfasi bumi. Robo melewati hari-hari di SMA bersama-sama, suka duka mereka lewati bersama.

End of Part 1

Kamis, 31 Mei 2012

Tons of May


Ini cerita tentang kejadian di bulan Mei, dimana gw mencoba bertahan hidup dari serangan yang bertubi-tubi kegalauan yang melanda. Kenapa kegalauan bisa menyerang mahasiswa yang cuek akan keadaan seperti gw? Gw sendiri aja gatau. Mungkin emang jalan cerita yang ditentukan oleh Allah emang begini adanya. Kegalauan ini dimulai dari awal bulan Mei dimana gw baru aja ditinggal (dimainin) sama seorang cewek yang akhirnya dia jadian sama sahabat deket gw sendiri. Jalan cerita gw sebenernya 70% sama persis dengan cerita Tom di film 500 Days of Summer yang gw pinjem beberapa hari yang lalu dari sahabat gw yang jadian sama mantan gw itu. Alhamdulillah hubungan gw sama sahabat gw yang satu ini baik-baik aja sampai sekarang, tapi dengan mantan gw yang itu gw belom bisa bertegur sapa.

Sebenernya berat banget ngejalanin hidup seperti ini, setiap gw berdoa gw selalu betanya kenapa ini semua terjadi sama gw? Kenapa sahabat gw? Sebenernya kita putus baik-baik, tapi kekacauan terjadi setelah dia cerita dia suka sama sahabat gw. Ketololan pun selalu gw lakukan, gw kabur dari kosan terus nginep dikosan temen gw yang lainnya. Gw balik ke kosan kalo mau ngambil baju ganti aja, sisanya gw abisin waktu diluar entah itu di kosan temen atau luntang-lantung di pinggir jalan. Gak biasanya gw bisa ngabisin 2 bungkus rokok sehari. Makan hampir ga pernah, kalo makan juga cuma sekali sehari dan itu pun ga abis, tumben-tumbenan bener biasanya gw makan banyak banget dan paling cepet abis kalo lagi makan bareng temen-temen. Gw menutup diri dari orang-orang. Seminggu gw lewati masa-masa tersuram dalam hidup gw itu. Berat badan gw turun drastis, kalo kuliah kerjaannya tidur dikelas.

Di hari keenam saat masa-masa suram itu gw putuskan buat ngunjungin nenek gw di Buah Batu, Bandung. Gw pengen banget ketemu nenek gw waktu itu. Nenek yang sekaligus jadi orang tua gw yang ngurusin gw selama gw SMA di Bandung. Gw renungin sendiri di kamar, tiba-tiba nenek gw dateng dan bertanya “Kamu sakit dho?” gw jawab aja gw ga sakit dan gw ceritain semua masalah gw dan semua yang gw alamin seminggu terakhir. Nenek gw pun memberikan banyak nasehat dan jalan keluar. Yang paling gw inget sih “Seperti nama kamu Ridho, ridhoin aja lah cewek kayak gitu mah, terbang satu yang hinggap ada seribu nantinya. Udah tong ngarokok wae atuh kasep!” Setelah denger itu gw langsung nyengir, dan nyengirnya lebar banget. Gw langsung matiin rokok dan gw tegasin ke diri gw sendiri kalo gw harus bisa terus melanjuti hidup.

Gw mencoba mulai membuka diri lagi ke semua orang-orang. Gw cukur rambut gw yang waktu itu gondrong ga jelas temanya apa tuh rambut. Gw cukur kumis sama jenggot yang tumbuh ga karuan dan nampak seperti akar gigi yang tumbuh di atas dan bawah bibir. Kalo sanggup juga bulu ketek juga gw cukur waktu itu, cuma susah banget nyukur bulu ketek dan gw terlalu malu buat minta tolong ke temen atau ke tukang cukur sekali pun. Itu semua gw lakukan sebagai langkah awal gw move on (dibaca: mufon) untuk membuang sial. Hari-hari pun berlalu, gw mencoba berubah, gw pulang dan tinggal lagi di kosan. Gw kumpulin semua barang-barang pemberian mantan gw dan gw kembaliin semua biar kosan gw bersih dari sampah-sampah masa lalu.
Weekend pun bisa gw lewati dengan baik, satnite ga punya pacar gw pikir “Ah bodo amat!” Karena waktu itu ada libur di hari Kamis dan hari Jum’atnya dijadiin cuti nasional gw putuskan untuk pulang ke Tangerang ketemu sama orang tua gw. Gw pulang naek prima jasa yang kearah Lebak Bulus. Gw samperin deh tuh pol bis primjas yang ada di Cileunyi, dan gw ga nyangka banget banyak banget yang ngantri buat naik bis. Bis pertama datang langsung diserbu orang-orang dan gw cuma bisa celingak-celinguk liat kejadian itu, yaudah deh gw nunggu lagi. Bis kedua dateng dan kejadiannya masih sama akhirnya gw nunggu lagi. Kejadian itu terus terjadi sampe kedatangan bis kelima, dan bis itu dateng setiap setengah jam sekali. Di kedatang bis kelima itu gw putuskan buat nekat desek-desekan berebut masuk dan akhirnya berhasil tapi gw harus duduk di paling belakang dan gw bersender ke kaca belakang dari bis dengan posisi kaki terlipat dan gw harus nahan itu selama 4 jam perjalanan.

Satu jam : kesemutan mulai kerasa.
Sejam 13 menit : kesemutan makin menjadi-jadi.
2 jam 42 menit : saking parahnya kesemutan sampe mati rasa dan gw putuskan untuk tidur.
3 jam 12 menit : gw pindah duduk ke bangku karena sebagian penumpang udah turun dan kesemutan pun terobati.
3 jam 57 menit : sampe lebak bulus dan suhu udara pun berubah dari yg tadinya dingin jadi panas.

Langsung gw telpon nyokap minta buat dijemput karena gw udah ga sanggup lagi kalo harus ngelanjutin perjalanan naek angkot melewati kemacetan Ciputat, bisa-bisa gw jackpot diangkot nantinya. Gw nungguin aja tuh sejam didepan halte busway Lebak Bulus.

3 menit : gw mulai keringetan gara-gara panasnya Jakarta.
10 menit : gw putuskan untuk nyari warung karena dehidrasi mulai melanda.
15 menit : gw dengerin mp3 sambil minum mijon.
30 menit : baterai mp3 gw abis dan gw kebingungan karena ga ada hiburan lagi.
32-47 menit : nelponin nyokap yang tak kunjung datang.
51 menit : masih nelponin nyokap dan mulai panik gara-gara kegerahan.
58 menit : nyokap bokap dateng dan gw dimarahin gara-gara gak sabaran.

Gw lewati kehidupan di rumah seperti di surga. Ditempat gw dilahirkan dan menjalani kehidupan sampe lulus SMP. Gw makan teratur, tidur teratur, rokok tinggal minta ke kakak gw. Dan sebuah kejutan yang ga gw sangka pun terjadi, tiba-tiba gw dibeliin blackberry. Padahal bokap nyokap belom lama dikirimin surat dari UNPAD yang isinya transkrip nilai gw yang acak kadut. Berat badan gw pun naek drastis. Gak percuma gw menderita di perjalanan menuju rumah. Dan pada saat weekend tersebut bertepatan dengan ultah bokap, makin gembur deh badan gw.

Setelah kejadian dirumah tersebut gw sadar kalo Allah itu sangat sangat sangat maha adil. Setelah gw melewati kesuraman di awal bulan gw diberi kenikmatan yang luar biasa di akhir bulan. Kenikmatan ga berakhir sampe disitu, kenikmatan ini masih terus berlanjut. Gw mulai bisa menerima keadaan. Gw cari kesibukan, gw terima jabatan logistik di kepanitiaan field trip. Gw mulai semangat hidup lagi. Gw terima tawaran psikotes di Fakultas Psikologi dari salah satu sahabat gw. Sebenernya gw tau gimana menyeramkannya psikotes itu apalagi pas bagian ngitung kumpulan angka di kertas yang selebar koran. Tapi itu semua gw terima aja dengan alesan gw pengen ketemu sesuatu yang baru dalam hidup gw biar gw lupa sama kesuraman yang udah terjadi di awal bulan.

Dalam kegiatan logistik yang gw terima gw diharuskan mencari barang-barang keperluan buat fieldtrip dan barang-barang itu banyak yang gw gatau. Kenapa ga tau? Karena gw sebenernya lupa-lupa inget sama perlengkapan diving. Tapi disekitar gw banyak banget yang bantuin gw dan mau ngajarin (lagi) gw tentang peralatan diving. Di salah satu hari saat gw ngumpulin semua perlengkapan logistik gw putuskan buat maen ke rumah temen gw di daerah Ciwastra, Bandung. Gw masuk ke kamarnya, dan gw liat tembok kamarnya penuh dengan quote-quote dari orang-orang yang udah ngunjungin kamarnya. Disalah satu quotenya gw liat ada quote dari salah satu sahabat gw, isinya “Kalo ada yang jahat sama kita biarin aja, jangan dibales dengan kejahatan, maafin aja. (Komenk)” kira-kira seperti itulah isinya. Setelah gw baca itu gw pikir bener juga nih quotenya si Komenk dan gw makin semangat aja buat move on dan ngelupain kesuraman yang pernah terjadi. Gw juga nulis ditemboknya seperti ini “Persahabatan itu penting bro! apa pun bakal urang lakukan demi persahabatan, pacar pun bakal urang kasih buat sahabat mah. (idhorachman).” Setelah nulis itu gw pikir-pikir quote gw sadis banget ya. Ngasih pacar ke sahabat sendiri, wew! Cukup sekali deh gw ngelakuin ini, ga akan lagi dan gw udah ikhlas dengan kepergiannya. Mungkin aja dia lebih baik bareng sahabat gw daripada sama gw atau itu hanya sebuah obsesi nafsu yang berlebihan dari mantan gw? Who knows? And I don’t care anymore.

Seperti Tom yang kecewa ditinggal Summer lalu dia mulai mencari kesibukan mencari pekerjaan menjadi seorang arsitek dan akhirnya bertemu dengan Autumn ditengah kesibukannya itu, semoga aja suatu hari nanti gw bisa nemuin Autumn-nya gw. (Summer dan Autumn itu nama cewek bukan berarti musim panas dan musim gugur)

Jumat, 27 April 2012

Wednesday I'm in Love


Okeh! Kali ini gw mau cerita tentang pengalaman gw yang belom lama terjadi. Kira-kira ini kejadian tuh terjadi sekitar beberapa bulan yang lalu. Belom lama, di semester 6 ini kejadiannya. Jadi ini mengisahkan tentang salah satu sohib gw orang Jakarta. Dia temen sekelas gw, satu angkatan sama gw. Kita samarin aja ya disini namanya. Jadi nama sohib gw ini Dira, dia cowok. Dia itu suka sama cewek anak FTIP angkatan 2011 padahal dia udah punya pacar di Jakarta. Yaudah kita sisihkan dulu pacarnya yang di Jakarta, karena cerita ini bakal lebih fokus ke bagaimana dia bisa kenalan sama cewek FTIP’11 ini.

Waktu itu hari Rabu kalo ga salah, beres kuliah Amdal. Seperti biasa kita ga ada kerjaan kalo abis kuliah beres. Kita ngobrol-ngobrol aja di deket kantin di koridor kampus. Bercanda gurau ga karuan sambil ngeceng-ngeceng cewek yang berlalu-lalang di hadapan kita. Seperti biasa si Dira dan Wimal selalu tampil paling depan kalo dalam kegiatan keceng-mengeceng ini tapi yang lebih vokal itu si Wimal. Udah sejam kita nongkrong di koridor terasebut lalu lewatlah rombongan anak-anak dari fakultas FTIP angkatan 2011. Dira yang sedang berdiri di tengah dan bervokal tinggi dalam kegiatan keceng-mengeceng ini tiba-tiba terdiam. Kita pun sempat terdiam dan berpikir, “Ada apa ini dengan si Dira?” Ternyata eh ternyata, dalam rombongan tersebut ada salah seorang cewek yang dia keceng. Sebenernya ini bukan kali pertama dira bertemu dengan cewek itu. Kita sebut saja nama ceweknya Cinta.

Alkisah kita pun tertawa serentak setelah mengetahui yang sebenarnya. Seorang playboy seperti Dira bisa terdiam di hadapan cewek. Setelah mengetahui hal tersebut akhirnya kita pun merencanakan sebuah operasi perkenalan. Kita mengintai Cinta yang sedang bersenda-gurau di parkiran motor dari jauh. Kita perhatikan setiap gerak-gerik Cinta dan teman-teman cowoknya yang keliatan kegenitan. Ketika Cinta terlihat akan meninggalkan parkiran motor Dira bergegas mengambil motornya yang diparkirkan di tempat parkir yang berbeda. Kita tetap mengawasi Cinta dari jauh. Kali ini komunikasi dengan Dira dilakukan dengan handphone. Sampelah Dira ke gerbang parkiran dimana Cinta berada. Dia menunggu disitu, terdiam dan membisu ketika Cinta lewat. Padahal rencana awalnya Dira disitu bakal langsung ngajak kenalan dan nawarin tumpangan, tapi apa daya raga Dira tak mampu. Jadi dia hanya terpaku disitu, bahkan dia kalah sama tukang ojek yang jago nawarin tumpangan ke orang-orang.

Apa daya plan A gagal total. Tapi saat itu kita dapet sedikit informasi kalo Cinta mau ke ladang. Nah! Masalahnya ladang yang mana? Ada banyak ladang di UNPAD. Maka dari itu kita memutuskan untuk meluncur ke Gedung 4, tempat dimana kita biasa melakukan praktikum KBHL (Kimia Bahan Hayati Laut). Disana kita tetap kebingungan. Tanpa sadar kita menanyakan ke ibu kantin yang ada di bawah tangga. Kata si ibu ladang FTIP mah yang ada di fakultas FTIP. Kita bergegas menuju fakultas FTIP jalan kaki saking paniknya. Kenapa kita panik? Soalnya takut si Cinta keburu pulang. Jalan kaki lah kita menuju fakultas FTIP. Melewati fakultas Pertanian dan Peternakan. Sampelah kita di kantin Fapet yang baru. Disitu lagi-lagi kita kebingungan. Ladang udah didepan mata padahal. Disitu kita kebingungan karena di sekitar ladang ada banyak anak FTIP yang lagi nangkring dan ga ada yang berani diantara kita untuk nemenin Dira masuk ke ladang. Setelah dilakukan diskusi akhirnya kita memutuskan bahwa plan B juga gagal.

Depresi, stress, akhirnya kita memutuskan untuk pulang aja. Dira pun berpikir mungkin ini bukan waktunya buat kenalan. Walaupun disepanjang perjalanan dia masih bisa bercanda cekakak-cekikikan tapi tetep aja dia keliatan kecewa. Kita pulang pelan-pelang ga terlalu ngebut. Kita melewati fakultas FTIP, Pertanian, MIPA, Psikologi, Kedokteran, FKG, lalu turung ke gerbang bawah. Keluar dari gerbang kita melewati pangdam, lalu semua keajaiban datang. Dengan sigap mata Dira menangkap Cinta yang sedang berjalan menuju pangdam untuk naek bis Damri. Kita pun sontak memberhentikan motor kita. Udah dikasih kemudahan kayak gitu tetep aja si Dira ga berani buat kenalan langsung, jadi dia meminta tolong Indri buat nanyain namanya. Jadi gini strateginya, Indri nyamperin mereka dengan berpura-pura jadi panitia seminar nasional yang waktu itu bakal diadain jurusan gw sama Himitekindo. Dia samperin deh tuh rombongan si Cinta dengan bermodalkan pura-pura jadi panitia semnas. Dia tanyain deh namanya dan dia pinta nomer handphonenya juga. Dira pun senang, usahanya tidak berakhir sia-sia. Kenalah dah tuh si Dira sama si Cinta, tapi lewat sms-an. “Gak apa-apalah yang penting gw tau namanya Cinta dan dapet nomer handphonenya!” kata Dira kegirangan sambil nyium-nyium foto Cinta yang dia dapet secara candid. Plan C pun sukses.

Sebenernya sih salah si Dira kenalan sama cewek lain ketika dia lagi punya pacar, tapi ada satu pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini, yaitu usaha Dira yang gigih buat kenalan sama si Cinta. Kita harus merencanakan semuanya, ga harus plan A atau plan B aja, kalo bisa plan C juga ada.

Wassalam.

Selasa, 20 Maret 2012

just poems

inilah hasil dari kegalauan gw akhir-akhir ini..

Dan Dia (#nomention)

cerita ini kan terus menghantuiku
bagian yang berakhir selalu terulang
berpaling pada dia seperti candu
tidak akan terlalu lama terulang

dan selalu datang dengan indah
dan pergi terlalu cepat
membuatku lupa terlalu mudah
pengakuan ini selalu tidak sempat

dan dia pun datang lalu pergi
membuatku rela melepas dirinya
jangan pernah tanya ini terjadi
hanya dia yang ada sebenarnya

Jangan Berakhir

dijalan sepi ini ku terus mencari
dikeheningan malam dunia sepi
angin malam yang berhembus menemani
sosok yang mampu menerangi seakan pergi

engkaulah sosok penerang itu
engkau seakan ada tapi lenyap cepat
engkau seperti kilatan petir yang berderu
engkau muncul sepintas dan hilang cepat

jangan pergi lagi, biarkanku menikmati ini
kutakkan meminta lebih, hanya kau disini
jangan berakhir, biarkan semua mengalir
mengisi hari ini, yang tak pernah kau isi

Senin, 20 Februari 2012

How I Met Your Little Brother


Udah lama juga ya blog gw ini ga di update. Sekarang gw mau nge-update sedikit. Gw mau nyeritain cerita yang semoga menarik. Hari ini di hari pertama gw masuk kuliah di semester enam gw ngerasain males banget buat berangkat ke kampus. Masih dalam suasana liburan kayaknya ini. Liburan kemaren sebenernya banyak gw isi dengan kegiatan maen game online. Gw maen Digimon Master Online. Gw terpengaruh sama temen deket gw si Isan. Awalnya sih emang gw ga tertarik, sampai pada suatu saat gw mengalah untuk meng-iyakan ajakan dari dia untuk bermain game tersebut. Gw mulai maen game itu, lama-lama gw mulai merasakan asiknya maen game tersebut, yaudah deh gw jadi ketagihan dan udah cukup sukses menjalaninya. Kerjaan gw di kosan selama liburan cuman tidur, makan, solat, terus maen game. Terus-terusan aja berulang-ulang, tapi gw cukup menikmatinya daripada gw mengisi liburan dengan kegiatan organisasi di kampus mending begini aja dah.
Sampai di suatu hari ketika liburan semester hamper usai, ada ajakan dari salah satu teman saya untuk menemani dia ke Tangerang untuk menemui pacarnya. Dia minta tolong ke gw soalnya dia tau gw sering ke rumah orang tua gw di Tangerang, lebih tepatnya di Tangerang Selatan. Gw sulit nolak juga soalnya dia udah nyogok pake kue Kartika Sari. Yaudah dah deal tuh akhirnya gw berangkat nemenin dia buat proyek cintanya. Sekali lagi gw jadi saksi sebuah pengorbanan cinta. Fix akhirnya gw berangkat dari Bandung hari Rabu naik bis umum dari terminal Leuwi Panjang. Awalnya gw di jemput dulu di kosan gw di Jatinangor, terus kita naek motor ke arah Buah Batu, tepatnya rumah nenek gw, buat naro motor. Dari situ kita naek angkot ke terminal. Selama perjalanan Alhamdulillah ga ada halangan yang berarti, lancar aman tentram sampe terminal.
Sesampenya di terminal, kita langsung nyari bis yang menuju Merak, karena kita berencana turun di daerah Kebon Nanas, Tangerang, dan bis yang menuju Merak tersebut melewati Kebon Nanas. Kita menaiki bis yang bewarna kuning. Gw terlihat sangat riweuh karena membawa tas ransel dan tas gendong yang berisikan cucian-cucian kotor. Sedangkan teman gw cuman bawa tas selempang doang. Gw duduk deket kaca dan dia duduk disebelah gw. Terlihat sangat so sweet sekali. Sepanjang jalan gw cuman meladeni pertanyaan-pertanyaan dia tentang keadaan di Tangerang. Gw cuman bisa jawab seadanya, soalnya udah lama juga gw ga tinggal di Tangerang lagi. Setelah beberapa saat setelah sesi tanya jawab, keadaan pun mulai hening, kantuk pun mulai terasa, terlelap lah kita di dalam perjalanan.
Ketika tersadar, kita sudah memasuki kawasan Jakarta, kita melewati tol dalam kota Jakarta. Sambil ditemani film Dendam Si Pitung yang di putar sama kenek bis, kita melewati kota Jakarta. Teman gw masih terheran-heran ngeliat Jakarta. Dia terpesona dengan keadaan kota Jakarta. Keadaan macet dimana-mana dan gedung-gedung pencakar langit yang tinggi terlihat keren dimata dia. Dia belom tau aja kerasnya hidup di Jakarta. Macet banget di tol dalam kota Jakarta ini, bete aja gw dengan keadaan ini. Berbeda dengan teman gw yang satu ini, dia masih keliatan sumringah, seneng banget keliatannya, gara-gara mau ketemu sama pacarnya mungkin ya. Sekitar jam sembilan malam kita sampe di daerah Kebon Nanas. Ketika turun dari bis dia langsung teriak dengan nada bahagia,“Aing ulin ka Tangerang euy!”. Gw cuman bisa ketawa aja liat kelakuan dia, dan dia pun ketawa. Dari situ kita masih harus naek angkot lagi buat mencapai rumah orang tua gw di daerah sekitar Serpong. Kita sekali naek angkot tapi sampe pemberhentian terakhir angkot tersebut, jadi ongkosnya pun rada mahal. Singkat cerita sampe lah kita di tempat tujuan. Sampe rumah sekitar jam 10 malam. Kita di sambut sama kedua orang tua gw, temen gw awalnya malu-malu tapi akhirnya bisa santai juga di rumah gw dan melewati perbincangan cukup menarik bareng babeh gw sampe larut. Tidur lah kita setelanya.
Esok harinya kita janjian ketemuan sama si pacar dia di depan gerbang komplek rumah orang tua gw. Janjian jam sepuluh tapi di jemput jam setengah sebelas. Dia ngejemput kita yang nungguin di sebuah halte didekat situ. Kaget sedikit karena ternyata si pacar temen gw itu bawa adeknya. Gw sih cuek aja tapi disinilah awal dari perjuangan temen gw. Adeknya pacar temen gw tuh pemalu banget, kalo sama orang yang dia ga kenal pasti dia buang muka, ga bisa di ajak ngobrol, di tawarin apapun ga mau. Pokoknya nolak terus aja tuh adeknya kalo lagi deket sama orang baru. Selama perjalanan terlihat dia mulai ngedeketin adeknya yang pemalu itu, tapi apa daya dia selalu di cuekin. Saking pemalunya tuh anak kecil, dia sampe ga sadar kalo belom pake celana ketika ketemu sama kita. Mungkin niatnya mau nyuekin tapi dia sampe ga sadar kalo ga pake celana dan cuman pake popok doang. Pemandangan seperti ini terus gw dapetin selama jalan bareng mereka. Ada satu momen yang menurut gw cukup menarik pada kegiatan jalan ini. Ketika di suatu mall, tersirat sebuah ide untuk meninggalkan pacarnya temen gw dan adeknya itu berdua aja sementara di sebuah kolam bola. Pergilah gw sama temen gw buat keliling-keliling sebentar dan meninggalkan mereka berdua. Tampa sepengetahuan mereka, kita sebenernya memperhatikan mereka berdua dari kejauhan. Kita pengen tau reaksi si adek kecil ini kalo gw sama temen gw ga ada. Dan ternyata dia menanyakan banyak pertanyaan kepada kakaknya. Ketika gw sama temen gw dateng nyamperin dia langsung buang muka lagi. Juju aja gw udah sedikit bingung ngadepin anak kecil kayak gitu. Soalnya biasanya kalo anak kecil ketemu sama gw nangis, lah ini malah malu-malu.
Berbeda dengan gw, temen gw masih semangat ngebongkar rahasia yang ada didalam diri anak kecil itu. Berjam-jam dia dicuekin, gw  mah udah nyerah dan cengengesan aja liat temen gw gagal terus alias di cuekin terus. Gak kerasa udah sampe jam makan siang. Kita memutuskan buat makan di Food Court yang ada didalem mall itu. Pilih-pilih tempat makan akhirnya kita milim makan ditempat jualan ayam. Kalo diliat dari posternya sih kayaknya sedap nih ayam. Tanpa mikir panjang gw pilih ayam bumbu pedas. Temen gw , sama pacarnya mesen ayam bumbu kari. Sedangkan adeknya makan corn soup. Ini adalah pengalaman pertama gw makan ayam sama nasi menggunakan sendok-garpu plastik. Gw cuek aja makan, dan ternyata sulit makan ayam sama nasi menggunakan sendok-garpu plastik. Demi menjaga suasana gw bela-belain makan dengan cara yang sangat sulit ini. Ditambah lagi dengan rasa pedas dari makanan yang rasanya sangat menyiksa. Ga kerasa keringet bercucuran. Gw liat juga adeknya pacar temen gw suka curi-curi pandang ke arah gw dan temen gw. Kayaknya dia mau ketawa ngeliat kelakuan bodoh gw tapi dia malu. Apalagi ketika sendok gw patah dan akhirnya gw makan pake garpu plastik.
Beres makan gw sama sekali ga merasakan rasa nikmatnya kenyang setelah makan dengan puas, yang gw rasa gw kepedesan. Kita memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan menuju mobil di parkiran, temen gw masih aja nyoba buat ngedeketin adek pacarnya. Dan balesannya tetep dicuekin. Sampe akhirnya suatu momen terjadi. Ketika beres ngambil uang di ATM. Pemandangan yang indah akhirnya gw liat. Temen gw akhirnya bisa menggandeng tangan si adek dari pacarnya dengan pacarnya menggandeng adeknya juga disisi lainnya. Gw mikir dalem hati akhirnya bisa juga tuh anak kecil nanggepin usaha temen gw. Yang keliatan itu seperti pasangan suami istri yang menggandeng anaknya bersama-sama. Yah akhirnya. Ketika di mobil pun adek dari pacar temen gw itu udah mau nanggepin omongan dari temen gw. Gw sih selama di mobil diem aja. Akhirnya gw di drop di gerbang komplek rumah orang tua gw. Gw berpisah dengan mereka disitu. Karena temen gw juga mau langsung pulang ke Bandung. Dia dianterin sama pacarnya ke terminal Lebak Bulus. Gw pun pulang ke rumah.
Gw salut sama niat temen gw ini. Dia dateng jauh-jauh buat ketemu pacarnya. Walaupun tadinya dia tuh maunya ketemu sama orang tuanya, tapi masih belom dapet ijin dari pacarnya. Jadi dia deketin dulu adeknya yang paling kecil. Itu pun ga mudah buat ngedeketin adeknya. Apalagi bokapnya yah. Tapi gw salut dah sama dia. Sekali lagi gw jadi saksi sebuah pengorbanan cinta.

Jumat, 06 Januari 2012

Chapter 5 of 366 : Paralon's Day


Hari ini dimulai ketika alarm dari jam gw bunyi ketika waktu menunjukan jam 7 pagi, gw terbangun sedikit dan memutuskan untuk tidur lagi sebentar karena  pengen ngelanjutin mimpi indah ketemu kecengan yang waktu itu gw buatin lagu. Niatnya mau tidur setengah jam lagi, eh taunya gw kebablasan sampe satu jam. Padahal jam 8 itu gw udah janjian sama temen-temen mau ngumpul didepan Ciseke, Oh I’m sorry guys. Dan ternyata si Aul dan si Abdan juga bangunnya jam 8. Jadi ga enak aja sama Afdhal yang udah bangun lebih pagi buat nyari mobil sewaan. Hahaha maaf Afdhal karena keterlambatan kita bangun ngumpulnya jadi jam 9.

Ngumpul lah kita didepan gerbang Ciseke besar, dan terlihat ada mobil Avanza silver dan gw pun dapet firasat baik pas pertama ngeliat mobil itu. Lalu kita teringat kepada seorang mas-mas ganteng bernama Ichsan Hardiman yang keputusan ikut atau nggaknya masih ngegantung. Kita samper lah dia ke kosannya di daerah GKPN. Awalnya dia ga bisa ikut karena pacarnya dari Jakarta mau datang, tapi dengan sedikit nego sama pacarnya dia akhirnya mau ikut dengan sogokan kue strawberry cheese cake. Berangcut lah kita tapi sebelumnya kita isi bensin dan nganterin Ahmad Arif Hadyan dulu ke dekanat yang waktu itu lagi ada dikosan si mas ganteng maut.
Kita berangkat lewat Soekarno-Hatta karena pengen jemput Wimal di Riung dulu. Selama perjalanan kita masih browsing-browsing tempat paint ball yang murah lewat internet. Kita ngebanding-bandingin harganya, tapi sedihnya kenapa yang ada di internet mahal-mahal semua. Di temani lagu dari flask disk kita melaju menuju daerah Riung Bandung. Sampe lah kita di tempat janjian ketemuan sama Wimal, dideket sebuah jembatan di sekitar Soekarno-Hatta. Kita menunggu 5 menit belom juga Nampak si Wimal, kita menunggu 10 menit belom juga Nampak, di menit ke 15 akhirnya dia datang juga. Maklum lah dia harus melewati sawah dulu untuk menuju tempat janjian.
Tujan kita selanjutnya adalah ngejemput Adel di daerah Kiara Condong. Selama perjalanan terlihat Abdan udah ga sabar banget ketemu Adel, gatau kenapa dia selalu menunjuka hasrat bersemangat pengen ketemu hahaha. Kita sempet sedikit terhambat di lampu merah samsat. Macet pisan di daerah situ mah. Kita juga sempet ngajak Agung yang notabene orang lembang biar kita ada guide disana, tapi dia lagi pergi ke Purwakarta. Kita juga sempet ngajakin Aji tapi dia d sms ga di bales, telepon juga ga di angkat. Sampe lah kita di tempat janjian ketemuan sama Adel, dan Abdan pun yang daritadi berkicau tiba-tiba terdiam.
Kita melanjutkan perjalanan ke daerah Dago buat ngejemput Ikhfa dan bertemu dengan seorang EO yang udah janjian sama Afdhal untuk membicarakan event UPBM. Berangkat lah kita ke Dago Tea House, kita sempet ngelewatin razia polisi di deket SMP 22. Kita juga melewati SMA nya Wimal SMA 19, dengan bangga dia menujukan gang masuk ke SMA nya. Sampe juga kita di Dago Tea House, kita janjian ketemuan sama Ikhfa di patung cepot. Datanglah dia akhirnya, lalu kita masuk ke areal parker Dago Tea House untuk bertemu dengan seorang EO. Kita menunggu setengah jam beliau belom juga datang, akhirnya setelah kira-kira satu jam akhirnya beliau dating juga, sampe kita sempet foto-foto sama makan siomay dulu.


Dan akhirnya si bapak EO pun dating, tapi negosiasi kayaknya berjalan a lot dan berjalan cukup lama. Akhirnya Wimal dan Aul pun memutuskan untuk narsis lagi.

Akhirnya negosiasi pun berjalan lancer walaupun menyita sedikit waktu. Berangkat lah kita melanjutkan perjalanan menuju Lembang lewat Dago Bengkok, sebenernya ini ngelewatin rumahnya Ikhfa. Kita melewati medan yang terjal. Awalnya kita melewati perumahan tapi makin kesini kita jadi harus berjalan diantara jurang dan tanjakan yang curam. Mobil sempat ga bisa nanjak sekali di salah satu tanjakan, mungkin ini terjadi karena Wimal duduk di bangku paling belakang. Turun lah kita semua dari mobil dan membiarkan Afdhal mengatasi situasi ini. Kita ber-7 harus berjalan menanjakin tanjakan curam itu. Ikhfa terlihat ripuh saat berjalan.

Setelah sampai dijalan yang sudah datar kita melanjutkan perjalanan kembali. Kita melewati Lembang, seperti biasa di perempatan tugu di Lembang selalu macet, untungnya tidak terlalu parah. Kita berjalan melewati Cikole, disana ada tempat paint ball tapi keliatannya area peperangannya kurang luas dan mengasyikan dan harganya pun ga mendukung. Disaat yang sama Afdhal dan Isan lupa ngambil uang di ATM, terpaksalah mereka turun lagi ke Lembang dan kita sisanya berenam menunggu di pinggir jalan sambil nyobain jembatan gantung.
Perjalan dilanjutkan kembali ketika Afdhal dan Isan datang menjemput. Kita akhirnya memutuskan untuk ke Sari Ater, Subang. Disana kita bisa masuk dengan sedikit lebih murah tarifnya, karena ada sodara Ikhfa yang mengurus. Tapi sebelumnya kita harus mencari bengkel sodaranya dulu. Setelah menemukannya kita harus menunggu negosiasi yang dilakukan oleh Adel dan Ikhfa denga petugas bengkel agar bisa masuk dengan sedikit murah. Sambil menunggu Wimal mengusulkan sebuah nama untuk tim perang paint ball nantinya, namanya yaitu “PARALON”. Aneh tapi keren juga sih menurut gw :D. Negosiasi pun kelar, kita senang dan udah ga sabar banget pengen maen paint ball.

Sampe lah kita di Sari Ater, Subang. Kita masuk lewat jalan belakang biar masuknya murah. Dan ternyata emang murah, 54 ribu buat 8 orang. Masuk lah kita kesana dengan hati riang gembira. Pokonya lupa aja sama semua masalah di semester 5 hahaha.

Sebelum berperang kita diberi instruktur terlebih dahulu. Kita mempersiapkan dirik dengan segala macam perlengkapan. Kita diberi body protector dan masker biar aman. Masing-masing dikasih 40 peluru, yang pelurunya abis dianggap mati. Peraturannya enak banget, jadi kita bisa maen lama. Pertarungan sengit pun terjadi. Tim di bagi dua, tim hitam dan tim loreng.
                                                                 Sebelum Perang
                                                                    Tim Hitam
                                                           Tim Loreng (Pemenang)
Pertempuran sengit pun terjadi, tim hitam menyerang duluan. Mereka lebih bernafsu untuk menyerang, mungkin karena Wimal berada di tim loreng. Karena tim hitam lebih akftif menyerang, mereka jadi boros pelor. Tim loreng yang bersabar menunggu akhirnya bisa mencuri kesempatan untuk menang. Tim hitam yang terus-terusan membrondong pelor ke tim loreng tidak menyadari kalo jatah pelornya Cuma 40. Akhirnya tim hitam pun terdesak karena kehabisan amunisi, dan akhirnya tim loreng memanfaatkan situasi ini. Akhirnya tim loreng pun menang dengan sisa 2 orang di lapangan. HOORAY! WHA A GAME! :D
Pertandingan berakhir setelah kira-kira setengah jam. Tapi pas di pertempuran mah seperti 3 jam. Situasi tegang dan merasa terancam mungkin yang membuat game ini terasa lama.


Setelah melewati pertempuran yang sangat melelahkan kita akhirnya memutuskan untuk makan, tapi di Punclut, Bandung. Kendali pilot sekarang dipegang oleh Wimal yang katanya dia tau jalan ke Punclut via Lembang. Tapi nyatanya dia lupa-lupa inget. Cara bawa mobilnya yang kayak supir angkot dangdut tersebut membuat Abdan yang duduk di bangku paling belakang merasa mual, hampir mabok dan muntah dia. Akhirnya sampe juga di suatu warung makan di Punclut. Penderitaan selama perjalanan dari Lembang yang di piloti oleh Wimal pun terbayarkan. Liat pemandangan ini bro!

Setelah kenyang makan dan pada KO semua gara-gara sambelnya yang pedes banget. Kita memutuskan untuk pulang. Lagi-lagi kita harus melewati jalan yang horror, kali ini kita melewati jalan yang kanan dan kirinya adalah jurang yang curam. Ini asli horror banget, jalan gelap, licin karena hujan, sepi, pokoknya spooky banget deh. Setelah melewati areal horror tersebut kita melewati sebuah sekolah internasional, dan disekitar situ ada spot bagus untuk foto-foto, turunlah kita untuk foto-foto sebentar. Sebelumnya ada masalah sedikit dengan satpam setempat karena kita (tidak sengaja) menginjak rumput. 

Sungguh petualangan satu hari yang indah.

"Berkesan banget lah! PARALON!! haha.", kata Wimal.
"Pokonya terimakasih yang udah nembak aku yah :) nice sekali.", kata Adel.
"Ga nyesel deh urang harus nyogok pacar demi acara ini.", kata Isan. 
"Baru kali ini yah gw diajak maen bareng-bareng kayak gini, dan rame banget.", kata Abdan. 
"Terima kasih banget kawan-kawan :).", kata Afdhal.
"Wow besties 2012!", kata Ikhfa.
"Keren banget lah pemandanganya!", kata Aulya.
Kalo kata gw sendiri sih, ini awal taun yang keren! :D