Intermezzo
Bel masuk kelas sudah terdengar di pagi itu. Siswa-siswa
beramai-ramai mulai berdatangan masuk ke sekolah. Ridhan yang baru turun dari
angkot pun bergegas lari menuju gerbang sekolah yang dijaga oleh satpam bermuka
sangar. Satpam tersebut mengenakan pakaian dinas berwarna atasan hitam dan
bawahan hitam. Dengan mengenakan sepatu militer satpam tersebut berdiri gagah
di gerbang sekolah sambil merokok. Ridhan yang terlambat waktu itu berjalan
melewati gerbang sambil mengucapkan salam kepada satpam tersebut.
“Permisi pak.” Salam Ridhan pelan.
“Cepetan lu masuk! Ga denger apa itu bel udah bunyi dari
tadi?!” Bentak si Satpam.
Ridhan pun mempercepat langkahnya setelah dibentak oleh
satpam tersebut. Ridhan melewati areal parkiran kecil di lorong antara gerbang
sekola dan ruang guru piket. Terlihat motor-motor yang sudah diparkirkan dengan
rapih. Ia pun memperlambat langkahnya karena dia tau dia akan melewati ruang
guru piket. Ridhan pun berjalan santai melewati ruang guru piket seakan-akan
tidak punya salah dan memberi salam kepada guru piket yang sedang bertugas.
“Assalamualaikum pak, selamat pagi.” Salam Ridhan gugup
sambil menundukan kepalanya.
“Eh tunggu kamu, itu jaket buka!.” Kata seorang guru piket
sambil memberhentikan langkah Ridhan.
Ridhan pun membuka jaket tipis yang dia kenakan sambil
tersenyum terpaksa. Terlihat Rachmi melewati Ridhan yang sedang di razia sambil
menahan tawanya. Ridhan menyadari akan hal itu dan merasa sangat malu.
“Ngapain itu baju kamu dikeluarin? Mau gaya-gayaan kamu di
sekolah?” Tanya si guru piket sinis.
Ridhan pun langsung merapihkan baju seragamnya yang memang
sengaja tidak dimasukan olehnya. Kali ini Toro dan Ewin terlihat datang
berbarengan dan melewati Ridhan yang sedang di razia. Mereka baru saja dari
kantin dan sedang berjalan menuju kelas. Dengan jelas Toro dan Ewin menertawai
Ridhan dengan terbahak-bahak sambil jalan melewati Ridhan. Ridhan pun makin
kesal dibuatnya.
“Udah ya pak, udah rapih nih, saya ke kelas yah sekarang.”
Jawab Ridhan sambil tersenyum sinis.
“Eh tunggu! Itu rambut kamu bagus ya lebih panjang dari
kuping dan poninya melewati alis.” Sindir si guru piket.
Si guru piket pun menyuruh Ridhan untuk tidak pergi
kemana-mana dan dia masuk kedalam ruangannya lalu kembali lagi membawa sebuah
gunting. Guru piket tersebut pun langsung menggunting bagian-bagian rambut
Ridhan yang menurutnya melewati batas. Lalu lewatlah Akbar yang baru datang dan
sama seperti Toro dan Ewin, Akbar pun menertawai Ridhan dengan terbahak-bahak.
“Hei kamu yang lagi ketawa cepet kesini!” bentak si guru
piket kepada Akbar.
“Ada apa pak?” Tanya Akbar kebingungan.
“Saya tau kamu sering telat, udah gitu sekarang rambutnya
panjang juga. Sini biar saya potong juga!” Bentak si guru piket.
Akbar pun pasrah dan menerima hukuman yang sama seperti
Ridhan. Ridhan hanya bisa tertawa cekikikan melihat kejadian itu.
“Hei kamu ngapain ketawa?! Sama-sama punya salah juga malah
ngetawain. Cepat kalian lari keliling lapangan basket sampai jam pertama
berakhir! Saya akan perhatikan dari sini.” bentak si guru piket.
Dengan pasrah mereka pun berlari berbarengan mengelilingi
lapangan basket. Mereka menaruh tas dan jaket masing-masing di bawah ring
basket. Lalu mereka pun mulai berlari sambil diperhatikan oleh banyak orang.
“Lu kok telat terus sih bar?” tanya Ridhan.
“Biasa lah. Rumah gue kan jauh di Riung terus gue kalo
bangun kesiangan terus ya jadi telat terus deh.” Jawab Akbar simpel.
“Lah kalo lu kenapa bisa kena hukuman dhan?” Akbar balik
bertanya.
“Kalo gue sih ga terlambat, cuma ini aja rambut gue
kepanjangan. Gue lupa cukur rambut tadi malem.” Jawab Ridhan sambil diteruskan
tawa terbahak-bahak.
Mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama. Mereka terus
berlari menjalani hukuman yang didapat sambil sekali-sekali mencuri kesempatan
untuk istirahat di kantin sambil membeli minuman. Tidak terasa sudah 45 menit
mereka melewati hukuman tersebut, bel pun berbunyi menandakan satu jam
pelajaran telah berakhir. Merekan pun langsung melapor ke ruangan guru piket.
Dan mereka pun diizinkan untuk masuk ke kelas. Mereka dengan percaya diri masuk
ke kelas. Ketika mereka memasuki kelas langsung terdengar cemo’ohan dari
teman-teman sekelasnya. Ibu Dewi yang merupakan guru Bahasa Inggris favorit
Ridhan pun menertawainya.
“Ciee.. kompak nih rambutnya.” Sindir Iyan sambil tertawa
terbahak-bahak.
“Ih liat itu keteknya basah.” Kata Adit sambil menujuk ke
arah mereka berdua.
Ridhan dan Akbar hanya terdiam sambil menundukan kepalanya
masing-masing. Sambil tertunduk Ridhan sempat mencuri pandang kearah Rachmi,
terlihat Rachmi menahan tawanya dengan menutup mulutnya dengan tangan. Ridhan
merasa harga diri sangat jatuh di hadapan Rachmi. Mereka pun langsung duduk di
tempat duduk masing-masing dan mengikuti pelajaran yang berlangsung.
Friendzoned
Ridhan, Iyan, Akbar, dan Adit sedang serius memperhatikan
video yang ada di handphone milik Banyu. Handphone tersebut mereka pinjam dari
Banyu ketika Banyu akan pergi menuju kantin sekolah untuk jajan. Waktu itu
sedang jam istirahat sekolah sekitar pukul sepuluh pagi. Mereka berempat
memutuskan untuk tidak melakukan kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan
ketika istirahat sekolah yaitu mengunjungi kantin karena penasaran dengan video
yang ada di handphone Banyu.
“Pokonya keren itu video, ceweknya cantik lagi, gue yang
rekam sendiri.” Kata Banyu sebelum meninggalkan mereka berempat ke kantin.
Perkataan Banyu tersebut membuat mereka berempat sangat
penasaran. Mereka berempat pun dengan khusyuk memperhatikan setiap adegan yang
ada di video tersebut. Toro yang baru saja kembali dari mesjid untuk shalat
dhuha pun menghampiri mereka karena penasaran.
“Astagfirullah! Cepet tobat deh kalian.” Reflek Toro
menyentak mereka.
“Diem lu!” bentak Adit yang sedang fokus memperhatikan
video.
Toro pun langsung meninggalkan mereka berempat dan kembali
ke tempat duduknya sambil membaca buku pelajaran. Rachmi yang sedang duduk di
kejauhan mendengar bentakan Adit kepada Toro lalu melihat kearah mereka dengan
kebingungan. Ridhan yang menyadari hal itu langsung pura-pura tidak tau dan
meneruskan menonton video tersebut. Tiba-tiba datang Banyu yang baru datang
dari kantin membawa banyak makanan.
“Bagus ga video punya gue?” tanya Banyu.
“Bagus banget.” Jawab Ridhan
“Ceweknya cantik-cantik, montok-montok juga.” Lanjut Iyan.
“Mantep.” Jawab Akbar simpel.
“Lu dapetnya dari mana sih?” tanya Adit
“Jadi waktu itu gue lagi jalan-jalan di PVJ, terus ada
cheerleader gitu tampil, yaudah deh gue rekam.” Jawab banyu.
Lalu mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama. Sambil
tertawa Ridhan pun mencuri pandang ke arah Rachmi yang duduk di kejauhan dan
melihat Rachmi sedang melihat kearahnya sambil tertawa kecil dan menggelengkan
kepala. Tidak seperti biasanya Ridhan kali ini berani menatap langsung ke arah
Rachmi sambil tersenyum dan Rachmi pun membalas senyuman Ridhan. Cukup lama
mereka berdua saling bertatap-tatapan. Iyan yang sadar akan kejadian tersebut
hanya bisa tersenyum dan langsung menjitak Ridhan.
“Wei bisa-bisanya lu curi-curi kesempatan, liat tuh Bu Dewi
udah masuk kelas.” Canda Iyan sambil tertawa.
Bu Dewi pun masuk kelas. Beliau menjelaskan sedikit materi
tentang Basic Conversation. Setelah memberikan materi Bu Dewi pun langsung
memberikan tugas kelompok dan membagikan kelompok yang sudah Beliau bentuk.
Kaget bukan kepalang ternyata Ridhan satu kelompok dengan Rachmi. Di dalam
kelompok tersebut juga terdapat Ahmad, Ewin, dan Akbar. Murid-murid sekelas pun
langsung duduk perkelompok. Ridhan hanya bisa diam dan merasa gugup. Dalam
diskusi kelompok tersebut hanya Ridhan yang tidak aktif. Tapi terkadang dalam
diskusi tersebut Ewin membuat lelucon yang memancing orang untuk tertawa.
Setiap lelucon tersebut membuat Akbar dan Ridhan tertawa terbahak-bahak
berbarengan. Kejadian gaduh tersebut memecah keheningan dan membuat Bu Dewi
kesal dan langsung memanggil Ridhan dan Akbar ke mejanya.
“Kalian berdua itu kenapa sih? Bikin gaduh melulu.” Tanya Bu
Dewi kesal.
Mereka berdua pun hanya terdiam kebingungan dan tidak bisa
menjawab.
“Yaudah cepat sekarang kalian lari keliling kelas 5 putaran,
karena daritadi saya hitung kalian udah lima kali ketawa-ketawa ga jelas.”
“Tapi bu, kan….” Keluh Ridhan.
“Tapi apa?! Cepat lakukan!” potong Bu Dewi.
Mereka pun berlari mengelilingi ruang kelas bersama sebanyak
lima kali putaran. Teman-teman sekelasnya menertawai mereka. Setiap Ridhan
melewati tempat Rachmi duduk, Ridhan tersenyum dan senyuman tersebut dibalas
oleh Rachmi. Makin semangatlah Ridhan untuk berlari sampai-sampai dia tidak
sadar menabrak Akbar yang berlari di depannya lalu mereka pun terjatuh berdua
tepat di depan kelas.
Setelah melaksanakan hukuman yang diberikan mereka berdua
pun kembali ke kelompok diskusi. Tiba-tiba Rachmi langsung menyapa Ridhan.
“Kamu lucu yah, nama kamu siapa? Aku Rachmi, kamu bisa
panggil aku Ami.” Rachmi memperkenalkan diri sambil tersenyum.
“Hah maksudnya lucu? Namaku Ridhan.” Ridhan kebingungan.
“Lucu aja, kelakuan kamu tuh bikin aku ketawa terus.” Jawab
Rachmi sambil tertawa kecil dan menggelengkan kepala.
Mereka pun langsung mengobrol, membicarakan berbagai hal
tentang kehidupan mereka. Ridhan memang sebelumnya belum pernah berbicara
dengan Rachmi, bahkan berkenalan pun baru saja dilakukan. Mereka pun langsung
bertukaran nomer handphone, id YM, dan id Friendster.
Setelah kejadian tersebut, Ridhan sering sekali menghubungi
Rachmi lewat berbagai media. Ridhan pun lama-lama merasa cocok dengan Rachmi.
Terkadang Ridhan memiliki keinginan untuk mengajak Rachmi untuk jalan, akan
tetapi rencana tersebut selalu gagal karena Ridhan tidak memiliki nyali yang
cukup. Disaat bersamaan Rachmi pun sedang didekati oleh seorang cowok dari
sekolah lain dan Ridhan tidak mengetahuinya. Berbulan-bulan Ridhan mendekati
Rachmi akan tetapi hubungan tersebut tidak berkembang dikarenakan nyali yang
dimiliki Ridhan tidak cukup besar. Sampai disuatu saat Rachmi ternyata sudah
jadian dengan cowok lain yang memang mendekatinya juga. Ridhan pun mengetahui
hal tersebut dan kebingungan. Ridhan tidak merasa kecewa sama sekali setelah
mendengar berita tersebut malah ikut senang, dan Ridhan malah mengucapkan
selamat kepada Rachmi melalui media YM.
“Selamat ya kamu sekarang udah punya pacar :)” pesan Ridhan.
“Terima kasih yah :)” Jawab Rachmi singkat.
Ridhan pun tidak membalas pesan YM dari Rachmi tersebut. Dan
Setelah beberapa saat kira-kira sekitar 20 menit Rachmi mengirim pesan kepada
Ridhan.
“Kamu mau kan jadi sahabat aku terus? Jangan jauhin aku.”
Tanya Rachmi.
“Iya, pastinya mau :)” Balas Ridhan cepat.
Akhirnya Ridhan pun mendapatkan seorang sahabat perempuan.
Rachmi pun menjadi sahabat perempuan pertama Ridhan di Lengkong Kecil 53.
Ustadz in Love
Kali ini Ridhan merasa sangat tidak nyaman berada di dalam
kelas. Tidak seperti biasanya kali ini dia tidak bisa bergerak bebas. Dari
setiap nafas yang berderu terlihat sekali kalau dia sangat merasa tidak nyaman.
Setiap materi pelajaran yang diajarkan sama sekali tidak dapat ia mengerti.
Jenuh pun mulai terasa. Ridhan pun berpikir kalau dia butuh suatu hiburan.
Hiburan yang bisa membuat rasa jenuh tersebut lenyap. Dia pun tau siapa orang
yang harus dia cari untuk itu. Dia pun meminta pertolongan kepada Banyu.
“Ssst! Ssst! Nyu.” Bisik Ridhan kepada Banyu yang duduk
tepat didepannya.
“Apaan?” Jawab Banyu malas.
“Gue minjem handphone lu dong, boleh gak?” Tanya Ridhan.
“Kan lu udah liat semua video punya gue.” Jawab Banyu yang
sedang mencatat materi pelajaran.
“Bukan itu. Gue pengen dengerin lagu mp3, sekalian sama
headsetnya juga ya.” Pinta Ridhan memelas.
“Oh yaudah, tapi awas ya jangan sampe ketauan sama guru.”
Balas Banyu.
Handphone milik Banyu adalah handphone yang paling bagus
diantara anggota Robo. Maka dari itu handphone Banyu lah yang paling sering
dipinjami untuk dimainkan. Ridhan pun menyalakan mp3 dengan volume yang paling
tinggi. Sampai-sampai dia tidak bisa mendengar suara apapun kecuali suara lagu
dari handphone milik Banyu tersebut.
“Gila lu! Nekat banget Dhan.” Kata Iyan yang duduk disamping
Ridhan.
Ridhan tidak merespon, karena memang dia tidak bisa
mendengar perkataan Iyan dan tidak menyadari kalau Iyan sedang berbicara
kepadanya. Ridhan pun terus menyetel
lagu-lagu playlist yang ada di handphone Banyu. Playlist tersebut berisikan
lagu-lagu party remix yang sering diputarkan di tempat-tempat dugem. Ridhan pun
mendengarkan lagu-lagu tersebut sambil membayangkan dirinya sedang berada di
tempat dugem ternama di kota kembang. Dia membayangkan sedang berdansa di
lantai dansa dikelilingi banyak orang dalam keadaan mabuk akibat alkohol,
padahal dalam hidupnya dia tidak pernah sekali pun menenggak minuman
beralkohol. Sambil mendengarkan lagu dan berpura-pura mabuk Ridhan pun
mengganggu Iyan teman sebangkunya.
“Hei! Kok serius amat sih belajarnya? Santai aja kali kayak
gue.” Sindir Ridhan kepada Iyan yang sedang mencatat materi pelajaran matematika
sambil tersenyum.
“Gila lu! Bentar lagi kan kita UTS.” Bentak Iyan sambil
berbisik.
Ridhan tidak bisa mendengar perkataan Iyan tapi dia bisa
melihat respon dari Iyan dan dia hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan
Iyan. Lalu dia pun melanjutkan khayalannya lagi. Kali ini dia berkhayal sambil
memejamkan matanya. Kali ini dia membayangkan sedang dikelilingi banyak wanita
di lantai dansa. Wanita-wanita tersebut dalam keadaan di bawah sadar. Ridhan
pun merangkul wanita-wanita tersebut sambil terus mendengarkan musik yang
diputar oleh DJ yang bertugas. Tiba-tiba dalam khayalan tersebut salah seorang
wanita yang dirangkulnya menjitak Ridhan dengan sangat keras sekali. Ridhan pun
akhirnya tersadar, ternyata yang menjitaknya adalah Iyan.
“Woi dhan! Pak Deni dateng!” Bentak Iyan sambil berbisik.
Pak Deni adalah guru matematika yang sedang bertugas. Pak
Deni adalah guru yang terkenal dengan ciri khas pundungnya. Karena setiap
beliau pundung ke salah seorang murid makan beliau akan menyerang nilainya.
“Kamu bapak liat dari tadi sepertinya tidak memperhatikan
materi ya?” Tanya Pak Deni.
“Saya memperhatikan kok pak.” Jawab Ridhan dengan tidak
meyakinkan.
“Coba saya tanya, hari ini kita belajar tentang apa?” Tanya
Pak Deni lagi.
Ridhan hanya terdiam. Dia menengok kearah Iyan, berharap
Iyan mau membantunya dalam masalah yang baru saja menimpanya. Akan tetapi yang
terjadi tidak sesuai dengan kenyataan, Iyan malah menunduk sambil menahan
tawanya. Otomatis kejadian tersebut membuat Ridhan kesal dan makin kebingungan.
“Yaudah nanti setelah jam pelajaran berakhir kamu ikut bapak
ke kantor ya.” Lanjut Pak Deni sambil tersenyum sinis.
Ridhan pun langsung merasa galau. Galau akademis akibat
kesalahan yang sudah dia perbuat. Jam pelajaran pun berakhir dibarengi dengan
masuknya waktu untuk istirahat. Teman-teman Ridhan yang berada di kelas pun
mebicarakannya. Kejadian tersebut dijadikan bahan candaan.
“Kira-kira si Ridhan dapet hukuman apa ya?” Tanya Toro.
“Paling disuruh lari lagi kayak waktu itu.” Jawab Akbar
sambil tertawa.
“Lu juga kan kena hukuman lari waktu itu bareng dia.” Lanjut
Adit tertawa.
“Kalo menurut gue sih dia bakal kena hukuman lewat nilai
deh.” Tebak-tebak Ewin.
“Lagian salah sendiri, tadi tuh udah gue peringatin
sebenernya tapi dianya aja ga nurut.” Kata Iyan.
“Gue mah lebih khawatir lagi sama handphone gue, soalnya dia
itu make handphone gue.” Tambah Banyu khawatir.
“Paling juga nanti dijual sama Pak Deni, sabar aja ya.”
Jawab Adit sambil menepuk-nepuk perut Banyu dan tertawa.
“Sialan lu gendut!” Bentak Banyu kepada Adit.
Banyu hanya bisa merenungi nasib yang menimpanya, tetapi
teman-temannya malah tertawa terbahak-bahak. Mereka berenam pun berangkat
menuju kantin bersama untuk jajan. Mereka membeli bermacam-macam jajanan khas
sekolahan. Setelah merasa puas jajan mereka pun kembali ke kelas lagi. Mereka
sedikit terkejut setelah memasuki kelas karena sudah terlihat Ridhan sedang
duduk sendiri di bangkunya. Inisiatif mereka pun menghampirinya.
“Woi dhan! Mana handphone gue?” Tanya Banyu.
“Nih Nyu, maaf ya.” Jawab Ridhan sambil mengembalikan
handphone milik Banyu.
“Kena hukuman apa lu?” Tanya Iyan.
“Handphone gue di tahan sampe bubaran sekolah, sebenernya
awalnya handphone si Banyu yang bakal ditahan, tapi gue kasih aja handphone punya
gue soalnya gue ga enak kalo handphone si Banyu yang ditahan.” Ridhan berusaha
menjelaskan.
Tiba-tiba Rachmi datang menghampiri Ridhan. Rachmi yang
mengetahui kejadian tersebut merasa penasaran dengan keadaan Ridhan dan ingin
menghibur Ridhan.
“Kamu gak apa-apa kan dhan? Kita main jujur berani yuk,
bareng anak-anak Robo yang lain juga.” Ajak Rachmi sambil tersenyum.
“Hayuk mi, kayaknya rame tuh.” Ewin nyamber.
Ridhan sebenarnya tidak ingin ikut bermain, karena keadaan
moodnya sedang tidak baik. Karena Rachmi yang mengajak jadi dia ikut main.
Dalam permainan tersebut Rachmi pun mengajak teman sebangkunya yang bernama
Shifa. Mendadak muka Toro memerah. Tidak ada yang menyadari akan hal tersebut.
Mereka pun memulai permainan. Metode yang digunakan adalah metode putar botol
bekas minuman mineral. Ewin memulai permainan, dia terlihat sangat antusias
dalam permainan ini. Botol pun berputar kencang, lama-kelamaan putaran botol
melambat. Botol terus berputar lambat, terus berputar, dan akhirnya berhenti
dan tutup botol mengarah kepada Ridhan.
“Lu harus jujur dan sekalian berani.” Ewin mengambil
inisiatif serangan pertama.
“Loh kok gitu?” Protes Ridhan.
“Udah ga usah protes.” Kata Toro.
“Siapa cewek yang lu taksir dikelas? Dan lu harus nembak dia
sekarang juga.” Lanjut Toro.
Ridhan kebingungan, dia harus jujur atau bohong. Sebenarnya
dia masih ada perasaan kepada Rachmi, tetapi dia sadar Rachmi sudah mempunyai
pacar. Ridhan pun celingak-celinguk mencari target lain, tiba-tiba pandangannya
tetuju ke arah depan kelas. Disana terlihat seorang perempuan yang baru saja
memasuki kelas. Perempuan tersebut berambut sebahu, berkulit putih, berbadan
proposional, pipinya agak chubby. Dengan reflek karena kepepet dia pun menunjuk
perempuan tersebut.
“Gue naksir sama dia.” Jawab Ridhan sambil menunjuk
perempuan tersebut.
“Yaudah lu cepet samperin dia.” Suruh Toro.
Ridhan pun dengan tidak percaya diri menghampiri perempuan
tersebut. Dia berjalan melewati meja demi meja. Dia pun berhasil mencegat
perempuan tersebut untuk duduk.
“Hei nama kamu siapa? Namaku Ridhan.” pertanyaan pembuka
dari Ridhan sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.
“Nama aku Sigi.” Jawabnya sambil tersenyum dan bersalaman
dengan Ridhan.
“Aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?” Tembakan
dari Ridhan.
Wajah Sigi terlihat memerah. Sigi kebingungan, sebenarnya
dia baru saja berkenalan dengan orang asing di kelas yang bernama Ridhan.
Tiba-tiba Ridhan langsung menembaknya. Keadaan pun langsung hening beberapa
saat. Waktu seperti berhenti.
“Maaf, aku belum terlalu kenal sama kamu, jadi kita temenan
aja ya.” Jawab Sigi sambil tersenyum.
“Oh gitu, maaf yah udah ganggu waktu istirahatnya.” Balas
Ridhan sambil tersenyum.
Ridhan pun langsung meninggalkan Sigi sendiri di depan
kelas. Sigi sebenarnya kebingungan dengan hal yang sedang terjadi. Sigi pun
hanya memperhatikan langkah demi langkah Ridhan yang meninggalkannya di depan
kelas. Ridhan pun sudah melaksanakan tugas yang diberikan. Dia pun kembali ke
permainan. Karena Ridhan sudah terpilih maka dia sudah dibebas tugaskan. Kali
ini giliran Ridhan memutar botol. Botol pun berputar kencang. Terus berputar,
melambat, dan melambat. Akhirnya tutup botol mengarah kepada Toro. Toro pun
kaget bukan kepayang. Raut wajah panik pun terlihat di wajahnya.
“Hei jangan panik gitu dong, sekarang gue mau bales dendam
nih.” Kata Ridhan sambil tertawa licik.
“Gue minta lu buat jujur aja deh, kasian soalnya jadi panik
gitu.” Lanjut Ridhan sambil tertawa.
“Siapa cewek yang lu taksir di kelas ini?” Tanya Ridhan
serius.
Toro hanya bisa tertunduk lesu. Dia tidak bisa berbuat
apa-apa. Terasa sangat berat untuk mengatakan kebenaran. Para peserta permainan
jujur berani menatap tajam kearah Toro. Mereka penasaran menunggu jawaban yang
keluar dari mulut dari Toro.
“Mmm.. gue.. suka.. sama.. Shifa.” Jawab Toro terkaku-kaku.
Wajah Toro langsung memerah. Dia hanya bisa tertunduk.
Sesekali dia mencuri pandang kearah Shifa. Akan tetapi Shifa malah terlihat
sedang tertawa. Toro yang sadar akan hal tersebut kebingungan. Dia pun terus
tertunduk lesu, sedikit kecewa.
“Kok bisa?” Tanya Rachmi.
“Saya gatau mi, perasaan itu dateng sendiri.” Jawab Toro.
“Mungkin perasaan ini dateng pas kita baru selesai praktek
olah raga materi futsal beberapa minggu yang lalu.” Lanjut Toro.
“Emang ada momen spesial ya waktu itu?” Tanya Rachmi lagi.
“Jadi waktu itu Shifa minjemin handuk kecil ke saya dan
ngasih minum air mineral ke saya setelah sparing futsal.” Jawab Toro.
“Sok atuh lu sekarang mintain nomer handphonenya biar bisa
sms-an.” Akbar nyamber.
“Nih nomer handphone aku Tor.” Tiba-tiba Shifa memberikan
nomer handphonenya di secarik kertas sambil tertawa.
Sebenarnya Toro sempat ragu-ragu untuk menerima nomer
handphone dari Shifa. Karena Shifa terlihat seperti sedang bercanda. Akan
tetapi karena memang sudah suka dia pun menerimanya dan menyimpan di handphone
miliknya.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, Toro mulai
melancarkan serangan-serangan PDKT kepada Shifa. Namun semuanya berjalan tidak
lancar. Toro selalu meminta saran kepada anggota Robo yang notabene berstatus
jomblo semua. Saran-saran dari teman-temannya selalu saja tidak benar. Toro pun
terpaksa berjuang sendirian. Toro pantang menyerah mendekati Shifa. Sampai
suatu ketika dia mendapatkan SMS dari Shifa yang langsung membuatnya down.
“Maaf Toro, aku ga bisa jadi lebih dari temen kamu. Maaf
juga udah ngasih harapan. Waktu itu aku ngasih handuk sama minum karena aku
seneng banget kelas kita menang sparing futsal lawan kelas IPA 3 dan kamu main
bagus banget waktu itu.” Pesan singkat Shifa dalam sebuah SMS.
Toro pun tidak membalas SMS dari Shifa tersebut. Awalnya dia
merasa sangat senang karena akhirnya SMS dia terbalas. Akan tetapi isi dari SMS
tersebut membuat dia sangat kecewa. Toro pun membuat komitmen untuk menyudahi
proyek pendekatan yang dia lakukan terhadap Shifa. Dia berusaha keras untuk
melupakan Shifa. Dan niat melupakan Shifa tersebut sudah menjadi janjinya
kepada diri dia sendiri sampai nanti dia akan menemukan perempuan lain yang
bisa menerima dia apa adanya. Toro menceritakan semuanya kepada teman-teman
dekatnya, reaksi yang dilakukan teman-temannya sudah bisa dia tebak yaitu
ditertawakan dan dijadikan bahan candaan. Walau begitu anggota Robo yang lain
selalu menyuport Toro untuk bisa bangkit dan selalu ada disampingnya ketika dia
membutuhkan.
End of Part 2